Sydney (ANTARA News) - Duabelas anggota pasukan pertahanan Australia, yang terlibat dalam pengungsian di Libanon selatan, akan ditarik ke Beirut, kata Menteri Pertahanan Brendan Nelson hari Kamis. Keputusan itu dimabil sesudah empat pengamat Perserikatan Bangsa-Bangsa tewas akibat serangan udara Israel di dekat perbatasan tersebut. Nelson menyatakan pasukan Australia mungkin akan menjalankan tugas dalam upaya baru menjaga perdamaian Timur Tengah. "Tapi, saya tidak tahu apakah Australia akan mengirim tentara dalam jumlah cukup ke wilayah itu. Tapi, kami dapat melakukannya bila semua syarat terpenuhi," kata Nelson. "Kami sangat prihatin pada rakyat Libanon. Kami juga harus prihatin pada pemerintah Libanon. Tapi, saat ini, mari kita mengharap terjadi penyelesaian memadai jangka panjang atas kemelut itu. Kami tidak dapat menerima keadaan yang membuat kita mengirim peti mati lagi," katanya. Dalam perkembangan lain, pejabat di Canberra hari Kamis menyatakan satu orang Australia bertempur di Libanon adalah satu dari sembilan tentara Isarel, yang tewas akibat serangan pejuang Hizbullah di Libanon selatan. Assaf Namer (26 tahun), yang tewas hari Rabu di kota Bent Jbeil, lahir di Israel lalu pindah ke Sydney dengan keluarganya saat berumur 10 tahun. Ia menjadi warga Australia tahun 1995 dan kembali ke Israel dua tahun lalu untuk secara sukarela mendaftar masuk tentara negara Yahudi itu. Suratkabar Israel "Yediot Ahronot" menyatakan Namer akan bebas tugas dari tentara sebulan mendatang dan merencanakan menetap di Telaviv dengan pacarnya. "Ini orang pertama Australia, yang kami pastikan tewas dalam pertempuran itu," kata Menteri Luar Negeri Alexander Downer kepada wartawan di Kualalumpur, tempat ia menghadiri temu keamanan kawasan, demikian DPA.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006