Surabaya (ANTARA News) - Ratusan ulama yang hadir dalam Silaturrahmi Ulama di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Kamis malam, sepakat untuk mengutamakan kepentingan NU dibanding mengabaikan kepentingan di luar itu seperti kepentingan politik praktis atau parpol. "Para ulama sepakat untuk lebih mendahulukan kepentingan NU daripada kepentingan politik, meski berpolitik adalah sebuah pilihan, tapi mereka sepakat untuk bersatu di dalam NU," ujar Rois Syuriah PBNU KH Ma`ruf Amien usai silaturrahmi sejak pukul 20.15 WIB hingga 22.30 WIB itu. Dalam pertemuan yang digelar menjelang Munas Alim Ulama dan Konbes NU (28-30 Juli) itu, ia menjelaskan PBNU sendiri tidak ingin memfasilitasi parpol baru, karena PBNU memang ingin mengkonsolidasikan NU, sedangkan masalah politik praktis merupakan urusan masing-masing. "Dengan begitu, organisasi (NU) akan dapat memikul tanggungjawabkebangsaan dan ke-Islaman serta keumatan yang dhuafa, karena NU lepas dari ketergantungan, termasuk ketergantungan kepada politisi," tegasnya. Artinya, kata Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat itu, perbedaan dalam politik praktis yang merupakan sebuah pilihan itu tidak sampai mengganggu "ghirah" (semangat) ke-NU-an. "Memang ada usulan yang meminta partai baru, ada yang mengeluhkan pemikiran liberal agar diluruskan, ada juga yang menolak, tapi mereka umumnya ingin menyatu dengan menomersatukan NU dari yang lain," ucapnya. Senada dengan itu, Rois Aam Syuriah PBNU Dr KH Sahal Mahfudh menjawab dengan singkat, "Ini silaturrahmi, tidak ada itu (pembicaraan politik praktis." Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menegaskan bahwa silaturrahmi yang digelar memang bukan merupakan agenda, melainkan semata-mata untuk silaturrahmi. "Masing-masing ulama menyampaikan semua aspek mulai dari ekonomi, bencana, mengeluh partainya yang rusak, tapi semuanya dalam tingkatan sharing, bukan keputusan. Semuanya kita inventarisasi," paparnya. Dengan pertemuan itu, katanya, NU menjadi tahu apa yang terjadi di bawah dan apa yang menjadi "uneg-uneg" (aspirasi) para ulama, sehingga semuanya dapat dipetakan untuk ditindaklanjuti NU.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006