Jakarta (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengakui saat ini para pengusaha enggan mengajukan kredit perbankan untuk ekspansi karena masih tingginya tingkat suku bunga. "(Keinginan melakukan pinjaman pengusaha-red) Masih rendah karena (BI rate-red) 12,25 persen itu masih tinggi," katanya di Jakarta, Kamis. Dia mengatakan pengusaha akan gencar lagi mengajukan pinjaman ke perbankan untuk melakukan ekspansi usaha jika BI rate bisa turun minimal pada kisaran 10 persen saja. "Sekarang sulit sekali karena kita tidak bisa bersaing di dalam dan pasar sulit sekali. Jadi orang juga tidak mau belanja juga sekarang. Jadi ekspansi untuk apa? mau apa kalau market tidak ada?" katanya. Dia pun mengungkapkan pesimisnya bahwa sektor industri hingga akhir tahun nanti bisa keluar dari serbuan produk-produk dari China, terutama industri manufakturing. Mengenai pertumbuhan ekspor pada Mei 2006 hingga mencapai 8,34 miliar dolar AS atau naik 9,79 persen dibanding bulan sebelumnya, dia mengakui hal itu terjadi karena produk China, terutama tekstil, banyak diembargo di pasar Eropa dan Amerika Serikat. "Sekarang jangan bicara tentang ekspansi, `survival` dulu," katanya. Menurutnya pasar mobil dalam negeri turun 50 persen, sepatu turun 40 persen, dan elektronik turun 40 persen. Sebelumnya, Deputi Senior Gubernur BI Miranda Goeltom menyebutkan penurunan BI rate hingga 50 bps bukan suatu hal yang tidak mungkin asalkan disepakati oleh Rapat Dewan Gubernur (RDG). Selama ini, kata Miranda, penurunan BI rate yang hanya 25 bps dimaksudkan untuk melihat respon pasar. "Kenyataan bahwa kita menurunkan 2 kali 25 bps dan tidak ada hal-hal yang bergejolak bahkan cadangan devisa kita membaik tentunya berarti kita juga punya peluang untuk melonggarkan lebih besar lagi di kemudian hari," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006