Jakarta (ANTARA News) - Melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar diperkirakan tak akan lama.

"Semestinya 2 bulan tidak lagi, itu paling lama. Tapi kalau panik terus masyarakat dan tidak percaya kepada pemerintah, bisa rush. Menteri Keuangan mengatakan bahwa  tidak terlalu fokus dengan penguatan dolar itu, ada benarnya supaya masyarakat tidak panik," demikian Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Ahmadi Noor Supit kepada ANTARA News di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, selain tidak panik, Amerika Serikat (AS) juga akan menahan mati-matian agar dolar tidak terlalu tinggi.

"AS juga pasti akan tahan karena kalau terlalu tinggi, produknya tak bisa bersaing," kata dia

Selain itu, terjadinya pelemahan rupiah terhadap dolar karena posisi ekonomi Indonesia yang tidak kuat sehingga ikut terpengaruh.

"Kita jadi bulan-bulanan dari sebuah perubahan. Begitu ada perubahan kurs di luar negeri karena ekonominya membaik sehingga dolar menguat, kita jebol. Itu karena posisi ekonomi kita gak kuat. Kalau kuat, tidak terpengaruh dengan perubahan di luar negeri," kata politisi Partai Golkar itu.

Namun ia menyayangkan intervensi pemerintah yang telat terhadap pelemahan rupiah tersebut.

"Sekarang memang agak terlambat lakukan intervensi. Mestinya sebelum rupiah melemah, sebelum 10 ribu, intervensi itu harus dilakukan. Sekarang kita sudah habis 7 miliar dolar AS untuk tahan dolar. Kalau kita tambah lagi untuk intervensi agar dolar tak menguat, percuma. Biar dulu sebentar, ini ada faktor psikologis, ada kepanikan masyarakat," kata Supit.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013