"Sebenarnya, dalam konteks tata kota, ketiganya memiliki pandangan yang sama, karena ingin pembangunan di Indonesia keluar dari Jawa-sentris. Jadi, pembangunan Indonesia bukan hanya di Jawa," kata Fithra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Meski demikian, menurut Fithra, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD memiliki strategi berbeda dengan Muhaimin Iskandar yang ingin membangun 40 kota baru dengan kualitas pembangunan setingkat dengan Jakarta.
Sementara itu, lanjut dia, Gibran Rakabuming Raka dan Mahfud MD lebih banyak bercerita tentang prioritas pembangunan IKN.
Baca juga: Pengamat nilai visi dan misi cawapres belum konkret soal bangun kota
Fithra lantas menyoroti kucuran dana APBN pada proyek yang berada di Kalimantan Timur itu. Dia menilai porsi APBN harus diminimalkan.
"Memang ke depan porsi APBN harus dibuat minimal, karena bagaimana pun IKN ini kan meskipun prioritas, tetapi kalau bicara prioritas, APBN kan punya banyak prioritas lain, seperti pengentasan kemiskinan, pengurangan prevalensi sunting, penyerapan tenaga kerja dan lainnya," paparnya.
Dia pun sepakat IKN mampu menjadi simbol pemerataan serta menjadi fokus pembangunan di luar pulau Jawa.
"Tapi di sisi lain, saya juga mengamini yang disampaikan Cak Imin bahwa IKN bukan satu-satunya cara," ujarnya.
Baca juga: Pakar sebut gagasan bangun 40 kota selevel Jakarta berat diwujudkan
Debat kedua untuk cawapres Pemilu 2024, Jumat malam, mengangkat tema meliputi ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN dan APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
KPU menetapkan tiga pasangan calon peserta Pilpres 2024, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.
Rangkaian debat Pilpres 2024 dijadwalkan masih berlangsung tiga kali lagi, yakni pada 7 Januari 2024, 21 Januari 2024, serta 4 Februari 2024.
Baca juga: Sekjen BPP nilai Gibran bisa balikkan pandangan masyarakat usai debat
Baca juga: Sekjen BPP nilai Gibran bisa balikkan pandangan masyarakat usai debat
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023