Seperti katun itu kita impor juga, tapi sudah seperti milik sendiri jadi kita tidak menyadari itu impor.Jakarta (ANTARA News) - Meski mengalami perkembangan, garmen muslim masih menggunakan material impor, kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah.
"Untuk fesyen yang bahannya bling-bling dan bahan kaos, itu rata-rata memang bahan bakunya dari Korea. Bahan dari luar hanya itu," kata Euis dalam kunjungan ke Thamrin City, Jakarta Pusat, Rabu.
Euis mengatakan sebenarnya hampir semua material garmen di Indonesia juga diimpor karena belum mampu menghasilkan material kain.
"Seperti katun itu kita impor juga, tapi sudah seperti milik sendiri jadi kita tidak menyadari itu impor," katanya.
Namun, yang perlu diapresiasi adalah kemampuan mendesain pakaian, pengetahuan tentang fesyen, motif dan warna dari perajin yang semakin baik.
"Kalau untuk pakaian, cukup menggembirakan karena 80 hingga 90 persen produk fesyen kita itu lokal, yang dari luar mungkin lebih banyak aksesoris," katanya.
Kendati demikian, arus produk garmen impor diakuinya juga masih ada walaupun persentasenya tidak banyak. Euis juga menambahkan, arus produk impor memang sulit untuk dibendung terutama karena Indonesia masuk dalam area perdagangan bebas (free trade area).
Maka, kesadaran konsumen akan produk dalam negeri harus ditingkatkan. Begitu pula dengan investasi dari luar yang didorong untuk bisa meningkatkan kemajuan industri kecil dan menengah lokal.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013