Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin berharap Amerika Serikat (AS) dapat konsisten bersikap sesuai dengan pertemuan Presiden Xi Jinping dan Presiden Joe Biden di San Fransisco pada November 2023.

"Selama pertemuannya dengan Presiden Biden di San Francisco pada bulan November ini, Presiden Xi Jinping menguraikan posisi China mengenai masalah Taiwan. Presiden Xi menekankan bahwa permasalahan Taiwan tetap menjadi isu paling penting dan paling sensitif dalam hubungan China-AS," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Jumat.

Diketahui, setelah pertemuan di San Fransisco, pejabat senior militer AS dan China akhirnya mengadakan pembicaraan virtual pada Kamis (21/12). Percakapan tersebut adalah yang pertama setelah lebih dari setahun kedua pihak yang kerap terlibat dalam serangkaian perselisihan.

"China menanggapi dengan serius pernyataan-pernyataan positif yang dibuat oleh AS pada pertemuan di Bali, dan AS harus menyelaraskan tindakannya dengan komitmennya untuk tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan', berhenti mempersenjatai Taiwan dan mendukung reunifikasi damai China," ujar Wang Wenbin.

Dalam mewujudkan reunifikasi tersebut, Wang Wenbin menyebut posisi China adalah konsisten, kokoh, dan tak tergoyahkan.

"China akan mewujudkan reunifikasi, dan hal itu tidak dapat dihentikan," ucap Wang Wenbin.

Sedangkan soal pertemuan antara Jenderal Liu Zhenli dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Angkatan Udara Charles Q Brown, juga memasukkan Taiwan dalam pembicaraan.

"Kami berharap AS akan bekerja sama dengan China dalam kerangka pemahaman bersama antara kedua presiden selama pertemuan di San Francisco mengenai melanjutkan komunikasi dan pertukaran antar-militer maupun pertukaran dan kerja sama yang relevan berdasarkan kesetaraan dan sikap aling menghormati," jelas Wang Wenbin.

Jenderal Liu Zhenli dalam pernyataannya mengatakan bahwa "masalah Taiwan adalah murni urusan internal China, yang tidak mengizinkan campur tangan eksternal. Sedangkan Jenderal Brown membahas pentingnya bekerja sama untuk mengelola persaingan secara bertanggung jawab, menghindari salah perhitungan, dan menjaga jalur komunikasi yang terbuka dan langsung.

China memutuskan komunikasi militer tingkat tinggi dengan AS setelah Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi melakukan perjalanan mendadak ke Taiwan.

Namun, pada November 2023, Presiden China Xi Jinping terbang ke Amerika Serikat dan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden AS Joe Biden, dalam upaya untuk meredakan ketegangan.

Meski demikian, pemerintah AS melalui Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan pada Jumat (15/12) mengumumkan telah memberi tahu Kongres tentang keputusannya untuk menjual peralatan komunikasi tambahan dan peralatan lainnya guna membantu menangani informasi taktis kepada Taiwan senilai 300 juta dolar AS (sekitar Rp4,64 triliun).

AS juga akan memberikan bantuan teknis kepada Taiwan.

Baca juga: Apa saja potensi ketegangan AS-China pada 2024?
Baca juga: China akan hukum perusahaan yang terlibat jual senjata ke Taiwan
Baca juga: Beijing: AS langgar prinsip "Satu China" saat jual senjata ke Taiwan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023