"Untuk Lebaran rupanya batik masih menjadi pilihan kedua, pilihan utamanya masih fesyen muslim," kata Euis dalam kunjungannya ke Thamrin City, Jakarta Pusat, Rabu.
Meski bukan menjadi pilihan utama masyarakat, Euis mengaku gembira karena selama kunjungan ia tidak menemukan batik printing China.
"Dari tadi saya tidak temukan, meski begitu batik China itu sangat mudah dikenali karena biasanya dibuat dari bahan bukan-katun seperti viscose. Mungkin kalaupun ada persentasenya kecil, di bawah 5 persen," ujarnya.
Diakuinya, arus produk impor memang sulit untuk dibendung terutama karena Indonesia masuk dalam area perdagangan bebas (free trade area). Maka, kesadaran konsumen akan produk dalam negeri harus ditingkatkan.
"Taruhlah jika beli lima baju, empat diantaranya buatan kita sendiri, harus bisa proporsional," katanya.
Salah satu penjaga toko pakaian, Dwi (22), mengungkapkan batik dari bahan semi sutra dengan aksen payet adalah jenis yang banyak dicari ibu-ibu menjelang Lebaran ini.
Sementara itu, busana muslim wanita yang sedang tren adalah pakaian dari bahan chiffon yang tipis dan ringan. Biasanya bahan ini digunakan sebagai atasan atau terusan semacam kaftan.
"Kalau yang ramai dibeli biasanya yang bahan chiffon atau kaus (jersey), itu untuk yang masih muda, tapi kalau untuk ibu-ibu biasanya pilihannya baju atau blus batik dengan payet-payet yang lebih meriah," katanya.
Sementara untuk bawahannya, rok model "A Line" cukup digemari. Rok ini biasanya dibuat dari bahan spandeks dengan variasi motif dan warna.
"Bahan (materialnya) juga bermacam-macam, mulai dari yang lembut dan 'jatuh' hingga bahan yang keras dan kaku," katanya.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013