Sekalipun "blusukan" Boediono tidak berjalan kaki seperti halnya Gubernur DKI Jakarta Djoko Widodo, kehadiran orang nomor dua di Republik ini membuat masyarakat antusias untuk menyambut.
Memang dengan alasan keamanan, "blusukan" Wapres Boediono ke kampung memaksa harus menggunakan mobil Mercy RI2 dengan pengawalan ketat Paspampres bersenjata komplit.
"Blusukan" Boediono dilakukan para Rabu (31/7) saat dirinya meninjau Yayasan Pesantren dan Panti Asuhan Yapma "Nurul Huda" Kampung Rumbut, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Untuk menuju ke lokasi tersebut, kendaraan Wapres harus melalui jalan kecil yang hanya bisa dilalui satu mobil saja.
Sekalipun jalan yang dilalui sudah menggunakan beton semen, tetap saja di kanan-kiri dipadati rumah penduduk yang berdempetan.
Jalan yang berkelok-kelok dan sempit membuat iring-iringan mobil Wapres tak bisa berjalan cepat. Bahkan namanya juga jalan kampung mobil Mercy yang ditumpangi Wapres harus beberapa kali melewati "polisi tidur" yang dipasang warga setempat.
Di beberapa titik jalan tampak warga setempat ikut melambaikan tangan menyambut kehadiran Wapres. Penduduk setempat sudah pasti tidak menduga kalau jalan kecil yang ada di depan rumahnya akan dilalui mobil Wapres.
"Saya sudah 23 tahun tinggal di sini tapi baru sekali ini dilalui Pak Wapres. Gak kebayang," kata Sri Rejeki (48) warga setempat.
Beruntung jalanan yang akan dilalui Boediono sebelumnya di "bersihkan" dahulu oleh polisi sehingga jalan yang sempit tidak membuat iring-iringan terhambat atau harus berpapasan dengan kendaraan lain.
Saat mendekati yayasan, mobil Wapres berhenti agak menjauh sehingga Boediono harus berjalan kaki sekitar 25 meter menuju lokasi acara.
Masyarakat yang sudah menunggu sejak lama kedatangan Wapres pun memanggil-manggil sambil melambaikan tangan. Sangat meriah.
Tampak tak terlihat kelelahan di raut muka mereka walaupun terik matahari menyengat pada siang hari itu.
Boediono dengan menggunakan baju favorit warna putih ikut melambaikan tangan sambil tersenyum untuk membalas lambaian masyarakat yang berjejer mendekati halaman yayasan.
Karena alasan keamanan, dambaan masyarakat yang ingin mendekat apalagi bersalaman dan berfoto dengan Wapres tidak bisa terpenuhi. Wapres pun tampak terus "digiring" dengan cepat oleh protokol dan Paspampres menuju salah satu ruangan di yayasan itu.
"Yaaahh....gak bisa salaman dengan Wapres," kata Martinah warga setempat.
Yayasan Pesantren dan Panti Asuhan Nurul Huda yang dipimpin Ahmad Fauzi Thayalisi ini memiliki 140 anak asuh. Santunan yang diserahkan Wapres di panti itu senilai Rp50 juta yang terdiri atas Rp25 juta paket makanan dan Rp25 juta uang tunai.
Dalam kesempatan yang sama Wakil Presiden juga menyerahkan santunan secara simbolis kepada tiga lembaga lainnya, yakni Griya Yatim dan Dhuafa Asrama II/Bintaro, Yayasan Tabungan Surga di Karadenan, Bogor dan Yayasan Yatim Piatu Al Ikhlas di Kayuringin Jaya, Bekasi masing-masing berupa uang tunai senilai Rp25 juta.
Cacat ganda
Sebelum "blusukan" mengunjungi Yayasan Nurul Huda, Wapres Boediono mengunjungi Rumah Piatu Muslimin Panti Sosial "Wisma Tuna Ganda" Palsigunung yang masih terletak di Depok.
Wisma Tuna Ganda ini mengkhususkan diri untuk menyantuni, merawat dan merehabilitasi anak-anak penyandang cacat ganda (mental serta fisik) dan tercatat sebagai panti sosial cacat ganda pertama di Indonesia.
Sekitar 15 menit berada di wisma tersebut, Wapres Boediono tampak tertegun menyaksikan anak kecil dan dewasa yang menyandang cacat ganda.
Mereka ada yang teriak-teriak, ada yang membanting-banting seolah tak peduli yang datang adalah seorang Wapres.
Bahkan ada beberapa diantara penderita cacat ganda ada yang terpaksa harus diikat agar tidak berontak atau memukul Wapres.
Boediono dengan kebapakannya sesekali mengelus kepala dan tangan, atau memegangi pundak para penderita cacat ganda tersebut.
Boediono bahkan sesekali mencoba mengajak berkomunikasi dengan beberapa orang diantaranya, walaupun tidak ada respon dari mereka.
Bahkan dia tampak terkesima dan memandangi cukup lama ketika ada tiga anak penyandang cacat ganda, terpaksa diikat dengan sebuah alat yang ditempel di tembok agar tidak "ngamuk".
"Mereka ini sebenarnya sedang kita fisioterapis Pak Wapres, bukan kita siksa atau membatasi gerak mereka," kata Kepala Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Kristanti yang terus memberikan penjelasan selama Boediono berada di wisma itu.
Di Wisma Tuna Ganda ini Wakil Presiden menyerahkan santunan senilai Rp50 juta yang terdiri atas paket makanan senilai Rp15 juta dan Rp 35 juta dalam bentuk uang tunai.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013