Jakarta (ANTARA News) - PT. Astra International Tbk mencatatkan kinerja Perseroan serta anak perusahaan (Astra) meraup laba bersih semester pertama hingga Rp8,8 triliun.

Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode pertama pada tahun 2012 yang mencapai Rp9,7 triliun.

"Meskipun prospek permintaan domestik tetap positif, meningkatnya kompetisi pada pasar mobil, kenaikan biaya tenaga kerja dan menurunnya harga komoditas diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja usaha pada semester tahun kedua ini," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto berdasarkan siaran pers yang diterima Antara, Selasa.

Kegiatan Astra fokus pada enam lini yakni divisi otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur dan logistik, serta teknologi informasi.

Berdasarkan siaran pers yang diterima ANTARA News, laba divisi otomotif menurun sebesar 10 persen menjadi Rp4,4 triliun. Sepanjang semeter pertama 2013 permintaan kendaraan bermotor tetap tinggi. Hal ini terjadi karena meningkatnya pendapatan masyarakat dan ringkat suku bunga pinjaman yang masih terjangkau.

"Peningkatan persaingan akibat meningkatnya kapasitas produksi domestik serta tingginya biaya tenaga telah menyebabkan penurunan kontribusi laba bersih dari divisi otomotif," kata Prijono.

Total penjualan mobil nasional sendiri meningkat 12 persen menjadi 602 ribu unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional naik 6 persen menjadi 3,9 juta unit.

Sementara laba bersih dari divisi keuangan mengalami kenaikan yakni 19 persen menjadi Rp2,1 triliun. Total pembiayaan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra yang terdiri dari Federal International Finance (FIF), Astra Credit Companies (ACC) dan Toyota Astra Financial Service (TAFS) meningkat enam persen. "Laba bersih alat berat dan pertambangan, agribisnis dan infrastruktur dan logistik turun. Sedangkan divisi teknologi dan informasi naik 2 persen," katanya.

Sementara itu, pendapatan bersih Astra semester pertama mencapai Rp94,3 triliun. Laba bersih per saham mengalami penurunan sebesar sembilan persen menjadi Rp218 per saham.

Pewarta: Deny Yuliansari
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013