Jenewa (ANTARA) - Rumah sakit terakhir yang dapat melakukan pembedahan di Gaza utara telah berhenti berfungsi, ungkap Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (20/12).
Ruang bedah Rumah Sakit Al-Ahli Arab tidak lagi berfungsi akibat krisis atau ketiadaan spesialis, listrik, bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis, tulis Tedros dalam platform media sosial X (yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
"Itu berarti Gaza utara tidak lagi memiliki rumah sakit yang berfungsi. Hanya ada empat rumah sakit yang beroperasi pada tingkat minimum, menyediakan perawatan yang sangat terbatas," imbuhnya.
Dalam sebuah misi gabungan ke rumah sakit Al-Ahli Arab dan Al-Shifa di Gaza utara pada Rabu, WHO dan sejumlah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya mengirimkan obat-obatan, cairan infus, dan pasokan untuk pembedahan, perawatan bagi warga yang terluka, dan membantu para wanita yang akan melahirkan.
Al-Ahli dan tiga rumah sakit lainnya yang berfungsi secara minimal masih merawat pasien namun tidak lagi menerima pasien baru, tutur Peeperkorn, seraya menambahkan bahwa seluruh rumah sakit itu masih menampung ribuan pengungsi.
"Hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagian untuk seluruh Gaza. Semuanya berlokasi di (Gaza) selatan," ujar Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki, dalam konferensi pers via tautan video pada Kamis (21/12).
Al-Ahli dan tiga rumah sakit lainnya yang berfungsi secara minimal masih merawat pasien namun tidak lagi menerima pasien baru, tutur Peeperkorn, seraya menambahkan bahwa seluruh rumah sakit itu masih menampung ribuan pengungsi
Sekitar 10 tenaga kesehatan terus memberikan pertolongan pertama dasar, manajemen nyeri, dan perawatan luka, menurut Tedros.
Kepala WHO itu kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan untuk menghentikan pertumpahan darah dan kematian.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023