Jakarta (ANTARA) - Keluarga Besar Pecinta Walisongo mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.

"Kami, Keluarga Besar Pecinta Walisongo, datang kepada Pak Ganjar untuk menitipkan beberapa pesan untuk dilaksanakan ketika nanti Pak Ganjar terpilih sebagai presiden. Alhamdulillah, beliau merespons untuk melaksanakan pesan-pesan dari para kesepuluhan Pecinta Walisongo," kata Pimpinan Pesantren Roudlatul Fatihah Plered, Bantul, Yogyakarta, K. H. Muhammad Fuad Riyadi, dalam keterangan tertulis dari TPN Ganjar-Mahfud yang diterima di Jakarta, Jumat.

Deklarasi tersebut berlangsung di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, pada Kamis malam (21/12).

Baca juga: Ganjar ziarah ke makam ulama ahli pertanian di Magelang

Gus Fuad mengatakan dirinya tidak pernah datang ke politikus untuk memberikan dukungan. Namun, kali ini dia khusus mendatangi Ganjar karena mendapatkan mandat dari para sesepuh.

Mereka adalah Bu Nyai Nur Hannah Watucongol dan juga Abuya Muhtadi, di mana keduanya merupakan Kiai Khowasul Khowas dalam tradisi pesantren di Indonesia.

Tiga pesan yang disampaikan kepada Ganjar ialah pertama, tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berlangsung untuk selama-lamanya. Kedua, menjaga harkat dan martabat bangsa Indonesia untuk senantiasa menjadi tuan di negeri sendiri

Ketiga, ajaran Walisongo, yaitu Wasitia Wali Songo, dalam paham agama Islam di Indonesia untuk tetap dijaga.

Baca juga: Ganjar serap aspirasi ulama di ponpes Miftahul Huda Al-Azhar

"Selanjutnya adalah menjaga sejarah bangsa Indonesia agar tidak mengalami pembelokan dari upaya-upaya yang dilakukan beberapa pihak, terutama tentang sejarah masuknya agama Islam di Indonesia atas peran dan usaha Walisongo," lanjut Gus Fuad.

Dia menjelaskan keislaman Indonesia kini beriringan dengan tradisi dan budaya masyarakat Indonesia yang saat ini terdapat 700 suku dan 1400 bahasa.

"Jadi, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga bagaimana Pak Ganjar nanti, ketika sudah jadi Presiden, bisa mengangkat harkat dan martabat bisa sejajar, bahkan bisa lebih masyarakat dunia lainnya," jelasnya.

Baca juga: Pakar politik: Mahfud MD pilihan cerdas PDIP dan bikin Prabowo galau

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Ganjar Pranowo menanggapi dengan serius dan berjanji akan mengimplementasikan harapan para ulama yang tergabung dalam Keluarga Besar Pencinta Walisongo.

"Saya setuju soal menjaga NKRI, persatuan dan kesatuan bangsa. Saya juga senang dikunjungi para kiai dan mendapat banyak masukan untuk membangun bangsa Indonesia," ujar Ganjar.

Baca juga: Survei Indikator: 45,4 persen responden NU pilih Prabowo-Gibran

Ada sekitar 24 kiai yang bersilaturahim dengan Ganjar. Mereka adalah K. H. Syarief Rahmat (Pondok Pesantren Ummul Quro Padasuka Banten), K. H. Nur Hasan (Ponpes Sidogiri Pasuruan), K. H. Hamid (Ponpes Sidogiri Pasuruan), K. H. Imaduddin Ustman (Ponpes Nahdlatul Ulum Cempaka Banten), K. H. Muhammad Abbas (Ponpes Buntet Cirebon), K. H. Gus Fuad (Ponpes Raudhatul Fatihah Plered Yogya), Tb Moggi Nurfadhil (Rabithah Babad Kesultanan Banten), dan KRT Faqih Wirahadiningrat (Tumenggung Kasunanan Pakubuwono Surakarta).

Selanjutnya, K. H. Yusuf Mubarok (Ponpes Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Al Mubarok 1 Banten), Gus Jazuli (Ponpes TQN Al Mubarok 2 Banten), Kiai Syarif Tegal (Laskar Sabilillah), Gus Irfan Wesi (Padasuka), K. H. Mbah Muhfidz (Penasehat Alap Alap Mataram), Gus Harun (Laskar Raja Wali Nusantara), K. H. Zabidi (Naqobah Ansab Aulia Tis'ah), Ki Alun (Ponpes Petir Banten), serta K. H. Ali Taba (Balai Adat Keariaan Tangerang).

Kemudian, K. H. Mohammad Abdul Mujib (Ponpes Assa'adah Depok), Gus Rozak (Laskar Mataram Raya), K. H. Suraji (Ponpes I'jazul Qur'an), K. H. Uqid (Panglima Laskar Mataram Raya), Nyai Hj Luluk (PP Manzilum Ulum Kaliwungu, Kudus), Nyai Hj Qudsiyah (PP Sabilum Ulum Mayong Jepara), serta K. H. Maksum Fathoni (PP Mansyaul Huda Bagorejo Blora).

Baca juga: Ganjar: Ulama harus dilibatkan dalam keputusan penting negara

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023