Ada gejolak (terhadap rupiah), tapi tidak mengkhawatirkan, kita masih relatif oke,"

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir belum mengkhawatirkan karena hal tersebut juga terjadi pada mata uang lain di regional.

"Ada gejolak (terhadap rupiah), tapi tidak mengkhawatirkan, kita masih relatif oke," ujarnya dalam pemaparan di Jakarta, Selasa malam.

Chatib mengatakan depresiasi nilai tukar rupiah yang tercatat mencapai 4,84 persen, akibat faktor eksternal terkait rencana kelanjutan Quantitative Easing oleh Bank Sentral AS, masih lebih baik dari Filipina, India dan Jepang.

"Dari sisi domestik, nilai tukar juga terpengaruh ekspektasi inflasi, tapi depresiasi nilai tukar rupiah sedikit dibawah Malaysia -4,67 persen, Filipina -5,23 persen dan Vietnam -1,76 persen," katanya.

Chatib mengharapkan kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah terjadi pada Juni, akan menurunkan impor minyak dan menurunkan permintaan valas dari PT Pertamina, sehingga nilai tukar rupiah kembali stabil.

"Efek kenaikan BBM baru terlihat di kuartal ketiga, kita cukup optimis permintaan impor minyak mengalami penurunan. Dampaknya mulai Agustus, kalau konsumsi minyak turun, permintaan valas pertamina turun dan nilai tukar sedikit banyak lebih stabil," ujarnya.

Saat ini, nilai mata uang rupiah kembali berada di area negatif atau melemah sebesar 15 poin pada Selasa sore menjelang pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan membahas stimulus keuangan AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, bergerak melemah nilainya menjadi Rp10.280 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp10.265 per dolar AS.

"Dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang pertemuan FMOC (Federal Open Market Committee) pada 30-31 Juli," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Menurut rencana, Bank Sentral AS (The Fed) akan membuat pernyataan mengenai kebijakan moneter pada pertemuan tersebut dan investor sedang memperhatikan tanda bagaimana kelanjutan stimulus moneter The Fed.
(S034/R010)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013