Jakarta (ANTARA News) - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI) merilis hasil jajak pendapatnya tentang perbandingan hasil akhir pemilu yang banyak ditentukan oleh partai daripada calon legislatifnya.
"Secara umum hasil akhir pemilu sangat ditentukan oleh kekuatan partai. Para calon hanya sedikit pengaruhnya terhadap perolehan suara akhir. Calon memiliki peran terhadap suara partai tapi kontribusinya sangat kecil bila dibandingkan dengan kekuatan partai itu sendiri," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di Hotel Oria, Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan para calon legislatif hanya sedikit pengaruhnya terhadap perolehan suara. Dengan kata lain, sebagian besar caleg biasanya menumpang popularitas partai.
"Hal itu wajar terjadi karena partai biasanya telah lebih dulu hadir di tengah masyarakat daripada calegnya. Caleg biasanya tampil ke publik menjelang pemungutan suara atau saat sudah ditetapkan sebagai figur yang resmi untuk berkompetisi dalam pemilu," kata dia.
IPI mendapati hasil survei tahun 2013 konsisten dengan temuan pada waktu menjelang Pemilu 2009.
Dia mencontohkan Puan Maharani yang hanya mendapatkan 18 persen suara dukungan ketika namanya disodorkan kepada responden tanpa menyertakan institusi parpol. Angka itu naik ke 46 persen ketika responden memilih PDI Perjuangan dalam kuesioner yang tidak menyertakan nama putri Ketua Umum PDIP Megawati itu.
Sementara itu, dukungan naik menjadi 48 persen dukungan responden ketika pertanyaan tersebut mencantumkan nama Puan dan institusi PDIP.
Kuesioner dirancang serupa dengan kertas suara pemilu dan memberikan jaminan kerahasiaan kepada responden.
Pada jajak pendapat tahun 2009, perbandingan koefisien calon dengan partai adalah masing-masing 0,195 berbanding 0,876.
Sedangkan koefisien pada 2013 ada dalam angka 0,157 berbanding 0,962. Pendek kata koefisien pengaruh partai terhadap raihan suara hasil akhir pemilu lebih besar dipengaruhi partai politik.
Kesimpulan jajak pendapat IPI tersebut tidak menunjukkan perubahan berarti karena peran parpol tetap besar dalam hasil akhir pemilu.
Meski begitu, terdapat temuan kasuistik seperti Dede Yusuf sebagai seorang calon dari Partai Demokrat.
Popularitas mantan bintang film laga tersebut mendapati dukungan publik 41 persen ketika kuesioner tidak menyertakan institusi PD. Kemudian angka turun menjadi 16 persen apabila hanya mencantumkan nama PD dan naik menjadi 24 persen setelah kuesioner berisi kombinasi Dede Yusuf dan Partai Demokrat.
Survei IPI tersebut dilaksanakan pada April 2013 di 45 daerah pemilihan di Pulau Jawa, Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Data didapat dari wawancara tatap muka dengan responden. IPI mengambil 400 orang yang memiliki hak pilih pada 45 dapil sebagai sampel penelitian. (*)
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013