Duta Arsip Nasional Rieke Diah Pitaloka menyerukan bahwa peringatan Hari Ibu pada 22 Desember 2023 adalah momentum membangun memori kolektif tentang perempuan, yang diimplementasikan melalui penetapan arsip Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) sebagai memori kolektif bangsa.
"Momentum Hari Ibu merupakan titik balik untuk mengingat tanggal 22 Desember 1928 sebagai kongres perempuan pertama, dan pelibatan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan," kata Rieke di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, melalui arsip PPNSB Indonesia dapat memiliki memori kolektif tentang perjuangan perempuan dalam mempertahankan kemerdekaan.
"Dari arsip PPNSB kita memiliki memori bahwa perempuan terlibat aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan di segala bidang," ujar dia.
Rieke berharap, keseluruhan memori dalam PPNSB dapat menjadi energi positif bagi perjalanan bangsa dan membawa bangsa Indonesia kembali pada amanah konstitusi dalam memperjuangkan kebijakan pembangunan di segala bidang.
Baca juga: Kemendikbudristek pentaskan Kita Cinta Lagu Anak peringati Hari Ibu
Baca juga: Hari Ibu, Jakut ajak 100 perempuan deteksi dini kanker leher rahim
Baca juga: Sandiaga ungkap 50 persen lebih pejabat Kemenparekraf adalah perempuan
Baca juga: Kemendikbudristek pentaskan Kita Cinta Lagu Anak peringati Hari Ibu
Baca juga: Hari Ibu, Jakut ajak 100 perempuan deteksi dini kanker leher rahim
Baca juga: Sandiaga ungkap 50 persen lebih pejabat Kemenparekraf adalah perempuan
"Perempuan tak boleh hidup dalam penjara domestik. Keterlibatan perempuan tak lagi soal angka kuantitatif, tapi sebagai subjek dalam berbagai aspek keputusan di arena publik dan politik," ucapnya.
Rieke juga mengajak kaum perempuan terus bergandengan tangan dengan kaum laki-laki untuk berkontribusi di ruang publik dan ruang politik demi memperjuangkan Indonesia yang adil dan makmur.
"Selamat untuk seluruh rakyat Indonesia atas ditetapkannya arsip Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana sebagai Memori Kolektif Bangsa. Selamat Hari Ibu bagi seluruh perempuan Indonesia, seraya merayakan perempuan kuat, Indonesia berdaulat, dan sejahtera," tuturnya.
Rieke juga mengemukakan, sejak lima tahun lalu dirinya menginisiasi arsip PPNSB sebagai memori kolektif bangsa.
Baca juga: TPP PKK: Hari Ibu sebagai pengingat jasa pejuang wanita Indonesia
Baca juga: Jelang Hari Ibu, Menteri Bintang anjangsana ke enam perempuan pejuang
Baca juga: Menteri PPPA ajak perempuan bersatu dobrak stigma masih melekat
Baca juga: TPP PKK: Hari Ibu sebagai pengingat jasa pejuang wanita Indonesia
Baca juga: Jelang Hari Ibu, Menteri Bintang anjangsana ke enam perempuan pejuang
Baca juga: Menteri PPPA ajak perempuan bersatu dobrak stigma masih melekat
"Alhamdulillah, dukungan pertama tahun lalu, datang dari Universitas Andalas. Kami berupaya menghadirkan kembali ingatan bukan hanya tentang Presiden RI pertama Ir. Soekarno, tetapi juga tentang seorang konseptor politik hukum pembangunan yang ditunjuk Soekarno memimpin PPNSB," ujarnya.
Ia menerangkan, konseptor politik hukum pembangunan yang ditunjuk Bung Karno itu adalah Prof. Muhammad Yamin, yang memimpin persiapan Dewan Perancang Nasional (Depernas) menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Pada kesempatan ini saya secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Bappenas yang akhirnya memberi dukungan penuh, dan joint nomination dalam mengusung PPNSB sebagai Memori Kolektif Bangsa," kata dia.
Menurut dia, PPNSB penting karena menjadi strategi politik para pendiri bangsa dalam mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempertahankan sistem ekonomi Pancasila dalam mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Penghilangan memori bangsa atas PPNSB, berarti penghilangan secara sistematis pula atas keterlibatan para ibu pendiri bangsa dalam meletakkan fondasi rumah Indonesia. Berdasarkan arsip yang saya miliki, susunan keanggotaan Depernas menggambarkan keterlibatan aktif perempuan dalam keputusan politik pembangunan," ucap Rieke.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023