Perlu disampaikan ke masyarakat, bahwa kita tidak bangga melakukan importasi. Jadi ini harus diketahui oleh seluruh pihak, kita tidak bangga...

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya tidak bangga melakukan importasi beras karena keputusan tersebut harus diambil demi menjaga ketersediaan pasokan pangan.

“Perlu disampaikan ke masyarakat, bahwa kita tidak bangga melakukan importasi. Jadi ini harus diketahui oleh seluruh pihak, kita tidak bangga. Untuk ketersediaan nasional, kita harusnya memang mempersiapkan dengan baik dengan bersumber dari di dalam negeri. Jadi tetap mengutamakan produksi dalam negeri,” kata Kepala Bapanas Arief dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Arief menegaskan, pemenuhan ketersediaan pasokan pangan nasional tetap mengutamakan produksi dalam negeri sebagaimana diamanatkan Undang-Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.

“Untuk komoditas pangan yang bisa kita produksi sendiri dari dalam negeri, kita harus optimalkan. Jadi ekonominya itu jangan ada di luar negeri. Kalau bisa, kita geser ke Indonesia, tentunya di-lead oleh kementerian teknis dan kita dukung bersama-sama. Nah Badan Pangan Nasional lebih ke arah pasca panen,” ucapnya.

Kebijakan impor, lanjutnya, dilakukan sebagai alternatif terakhir di tengah dinamika produksi dan konsumsi yang mengalami pergeseran akibat perubahan iklim, fenomena El Nino, dan disrupsi akibat dampak pandemi.

Sementara Indonesia memerlukan produksi beras yang mampu melebihi dari 1 juta hektar per bulan. Apabila tidak, diperkirakan neraca pangan akan mengalami defisit.

“Kalau kita tidak menanam sampai dengan 1 juta hektar, maka neraca pangan kita defisit. Bapak Presiden Joko Widodo telah perintahkan untuk mempersiapkan produksi dalam negeri,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa produksi beras pada Semester 2 belum optimal karena kondisi kekurangan air. Namun setelah November dan Desember, utamanya di Desember sudah ada hujan yang turun di beberapa tempat. Sehingga, pemerintah mendorong untuk mempercepat masa tanam.

Mengutip data Kerangka Sampel Area milik Badan Pusat Statistik, areal tanam padi berada pada angka di bawah 1 juta hektar. Proyeksi tiga bulan, dengan menanam di bawah 1 juta hektar, produksi selama satu bulan akan di bawah angka kebutuhan konsumsi bulanan yang berada pada kisaran 2,5-2,6 juta ton.

"Karena estimasinya produksi bulanan 900 ribu ton sampai 1,1 juta ton. Nah ini harus diantisipasi oleh kita semua,” kata dia.

Baca juga: Optimalisasi sawah jalan keluar dari jebakan impor beras

Baca juga: Swasembada beras sebagai “harga mati” bagi pertanian Indonesia

Baca juga: Bulog pastikan cadangan beras tercukupi hingga akhir 2024

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023