Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Morowali Ruslan Mustafa yang dihubungi melalui telepon genggamnya di Bungku, Selasa menyebutkan bahwa seorang korban berusia dewasa adalah penduduk Desa Bahoea, Kecamatan Bungku Barat, yang hanyut bersama pondok tempat tinggalnya di kebun.
Sedangkan korban jiwa kedua adalah seorang anak berusia tiga tahun, penduduk Kota Bungku, yang tiba-tiba menghilang beberapa saat sebelum buka puasa pada 27 Juli dan hingga kini jenazahnya belum ditemukan.
Menurut Ruslan, banjir bandang kali ini terjadi merata di seluruh kecamatan, namun ada enam kecamatan yang paling parah yakni Kecamatan Bungku Tengah, Soyo Jaya, Bungku Utara, Bungku Barat, Petasia dan Petasia Timur dengan total rumah yang terendam selama hampir tiga hari berturut-turut sebanyak 1.134 buah.
Dari jumlah itu, katanya, terdapat 38 rumah di Bungku Tengah dan enam rumah di Bungku Utara yang rusak berat dan hanyut sehingga pemiliknya kini tidak memiliki tempat berteduh lagi, serta 58 rumah yang rusak ringan.
Selain itu ada dua jembatan permanen yang hanyut, beberapa kilometer jalan rusat, dan ratusan hektare sawah dan perkebunan rakyat tergenang air, ujarnya.
Ruslan menambahkan bahwa selama banjir melanda, pihaknya membentuk bebera posko pelayanan tanggap darurat berupa pelayanan kesehatan dan makan-minum, namun tidak membuat tenda-tenda pengungsian karena kebanyakan korban berlindung di rumah keluarga masing-masing.
"Sekarang air sudah surut dan warga sudah kembali ke rumah masing-masing dan sedang melakukan pembersihan sampah," ujarnya.
Khusus mengenai jembatan yang hanyut di Kota Bungku, Ruslan mengatakan bahwa Pemkab Morowali sudah berhasil membangun rakit penyeberangan dan menimbun untuk mendangkalkan sungai sehingga mulai Selasa (30/7), kendaraan sudah bisa melintasi sungai dan menyeberang menggunakan rakit.
"Jalur trans Sulawesi dari Sulteng ke Sultra melalui Morowali saat ini sudah normal seterlah teprutus sejak 25 Juli 2013," ujarnya.
Mengenai upaya rekonstruksi untuk rumah-rumah warga yang rusak berat dan hanyut, Ruslan mengatakan masih akan dibahas di Pemkab, karena ada pertimbangan untuk merelokasi para korban yang tinggal di bantaran sungai Sakita, Bungku, karena lokasi itu rawan bencana alam.
"Kita belum memutuskan apakah akan membangun baru rumah mereka atau merelokasi mereka ke tempat lain," katanya.
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola semula menjadwalkan akan mengunjungi lokasi-loaksi banjir di Morowali tersebut pada Rabu (31/7), namun membatalkan rencana itu karena kecewa sebab Bupati dan Wakil Bupati Morowali meninggalkan daerahnya saat bencana terjadi dan sampai saat ini mereka masih berada di luar daerah.
"Gubernur sebenarnya telah memesan helikopter untuk membawa rombongan ke Morowali namun dibatalkan karena Bupati Morowali Anwar Hafid dan Wabub Sumisi Marunduh tidak ada di tempat," ujar Kepala Biro Humas Pemprov Sulteng Syahrul Yotolembah.
Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013