Surabaya (ANTARA News) - PT Lapindo Brantas Inc. akan menerima anugerah
Pagebluk Award dalam kategori
The Most Careless Industry (industri paling tidak peduli) terhadap lingkungan hidup lantaran hasil eksplorasinya menimbulkan luapan lumpur panas yang mencemari kawasan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
"
Pagebluk Award itu merupakan penghargaan kepada industri yang paling buruk kinerjanya, karena bersikap bandel dalam mencemari lingkungan," kata anggota Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL), Prigi Arisandi, di Surabaya, Kamis.
Didampingi Hubungan Masyarakat (Humas) KJPL, Teguh Ardi Srianto, ia menjelaskan bahwa
Pagebluk Award yang akan diberikan di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Surabaya, Jawa Timur, pada 30 Juli 2006 tersebut memiliki 12 kategori, yakni enam kategori untuk industri dan enam kategori untuk media massa.
"Enam kategori untuk pers itu diberikan kepada media massa yang paling banyak memberitakan kasus lingkungan, sehingga akan menjadi sindiran buat jajaran pers yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan hidup yang memiliki dampak buruk itu," ujarnya.
Menurut dia, ada 69 industri yang diteliti dengan lokasi industri di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, yakni industri yang tersebar di Malang, Nganjuk, Kediri, Jombang, Mojokerto, Gresik, dan Surabaya, sedangkan media massa yang diteliti mencapai empat surat kabar.
"Ada 16 industri yang masuk 'nominasi', termasuk Lapindo yang masuk 'nominasi' dalam kategori
The Most Careless Industry bersama PT Samator dan PT Petrowidada. Untuk kategori ini, Lapindo yang unggul," paparnya.
Untuk kategori lainnya, adalah
River Pollution Long Life Achievement (membuang limbah ke sungai) dengan unggulan PT Suparma, PT Adiprima Suraprinta, PT Miwon, PT Surabaya Agung Industry Pulp & Paper Tbk.
Sementara itu, ia menjelaskan, unggulan untuk kategori
The Most Disturbing Industry (meresahkan dan tidak peduli masyarakat) adalah PT Surabaya Makeboks, PT Ispatindo, PT Pakerin, dan PT Jaya Kertas Nganjuk.
Unggulan untuk kategori
The Most Naughty Industry (industri paling bandel) lantaran dua kali masuk kategori hitam versi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) adalah PT Hanil Jaya, PT Adiprima Suraprinta, PT Jatim Taman Steel, dan Rumah Potong Hewan (RPH) Surabaya.
Sedangkan, ujarnya, kategori
The Most Outlaws (industri yang berkali-kali melanggar hukum) mengunggulkan PT Surya Agung Industri Pulp, PT Bahaestek, PT Sari Rajut, dan PT Eureka Aba.
Dalam kategori "The Stinkiest Industry" (industri paling berbau), KJPL mengunggulkan PT Bumi Indo Mojokerto, PT Miwon, PT Karang Pilang Agung, dan PT Alu Aksara Pratama.
Sementara itu, menurut dia, enam kategori untuk pers adalah
The Most Environmental Investigative News For Newspaper (koran paling sering melaporkan berita selidik LH),
The Most Informatif and Educatif Newspaper for Environmental Issue (koran paling banyak memberikan informasi mendidik tentang LH),
The Most Interactive Radio for Dissemination Environmental Cases (radio paling interaktif menyebarkan kasus LH).
Selain itu, katanya, kategori untuk pers meliputi pula
The Most Focused NGO on Water Pollution Issue (paling banyak memfokuskan Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM pemerhati polusi air),
The Most Responsible Industry for Implementation Green Company (industri pers yang paling bertanggungjawab menerapkan fungsi perusahaan berorientasi LH), dan
The Most Responsible Social Corporate Industry (industri paling bertanggungjawab sosial).
Ketika ditanya wartawan mengenai kemungkinan perwakilan industri pencemar LH tidak akan hadir dalam "Malam Anugerah Pagebluk Award" itu, ia menyatakan, hal tersebut tidak terlalu penting.
"Kami sudah mengundang masyarakat korban dari industri pencemar tersebut. Karena itu, aktivis KJPL akan menyerahkan award itu kepada mereka, dan diharapkan masyarakat korban akan menyerahkan kepada industri yang bersangkutan," ujarya.
Secara terpisah, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIK) Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, Vita Monica, yang meneliti media massa dalam kaitan pemberitaan lingkungan hidup menegaskan bahwa dirinya hanya meneliti empat surat kabar.
"Saya meneliti pemberitaan empat suratkabar selama 2005, yakni Jawa Pos, Surya, Surabaya Post, dan Kompas Jatim. Dalam kurun setahun itu hanya ada 272 berita lingkungan hidup, yakni Kompas Jatim 95 berita, Surabaya Post 93 berita, Surya 63 berita, dan Jawa Pos 20 berita," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa sedikit-dikitnya berita lingkungan hidup dibanding berita politik dan selebritis itu, membuktikan pers tidak peduli pada persoalan lingkungan hidup, padahal dampak dari menurunkan kualitas lingkungan hidup akan berakibat fatal dalam jangka panjang.
"Karena itu, saya memberi
support yang tinggi atas keberadaan KJPL, sehingga perhatian teman-teman pers di Surabaya terhadap lingkungan hidup ada peningkatan dibanding sebelumnya, dan hal itu akan dapat menjadi contoh bagi teman-teman pers di tempat lain," demikian Monica. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006