Pekanbaru (ANTARA News) - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Dr Wendy Hertanto MA mengatakan sebagaimana lazimnya tradisi, arus balik mudik Lebaran Idul Fitri selalu diwarnai dengan urbanisasi di kota-kota besar pada tiap-tiap provinsi maupun ibu kota.
"Arus ini sulit dibendung karena kota besar menjadi daya tarik yang sangat besar untuk melakukan perubahan nasib," kata Wendy di Pekanbaru, Senin.
Menurut dia, arus urbanisasi cenderung dilakukan pemudik yang kembali ke kota sering kali membawa serta kerabat, teman atau tetangga untuk mengadu nasib di perantauan.
Memang, katanya lagi, para pelaku urbanisasi ini umumnya ingin mendapatkan penghidupan yang lebih layak dengan mendapatkan pekerjaan di kota.
"Mirisnya sebagian besar pendatang baru tidak dibekali keterampilan dan keahlian yang cukup untuk mencari pekerjaan yang sesuai, sehingga ini tentunya akan menjadi salah satu masalah kependudukan," ucapnya.
Masalah rutin setiap paska mudik adalah meningkatnya jumlah arus balik sekaligus pengikut baru dalam arti urbanisasi.
Pendatang baru, katanya, tanpa keterampilan justru nekad berangkat ke kota-kota besar di Tanah Air lebih di dorong karena para pemudik ketika pulang kampung membawa berbagai aksesoris kemewahan seperti hp, mobil, kendaraan dan perhiasan yang mereka peroleh di tempat perantauan.
"Kendati barang-barang mewah tersebut dirental atau dikredit, dan ketika balik bisa saja barang-barang itu dikembalikan. Namun, hal ini bisa mendorong orang-orang di desa asal para perantau ingin meniru dan merantau dengan harapan sukses," tuturnya.
Dorongan lain untuk merantau karena di desa mereka hanya bekerja di sektor pertanian, dan banyak lulusan SMA yang enggan menggarap sawah merasa mulia bekerja sebagai tukang ojek. Begitupula bagi mereka yang tinggal di pesisir pantai hanya bekerja di sektor kelautan.
Untuk menghindari gejolak sosial dan ancaman pengangguran maka diperlukan kebijakan pemerintah daerah setempat melakukan alih teknologi pertanian agar generasi muda betah dan bertahan di kampung membangun desa mereka.
Pewarta: Frislidia
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013