Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI), Akhmad Rizal Shidiq, berpendapat saat ini terjadi stagnasi aliran dana perbankan hanya di sektor keuangan, sehingga pertumbuhan kredit perbankan masih sangat rendah. "Di sektor keuangan terjadi semacam stagnasi, sehingga sektor finansial tidak nyambung ke sektor riil," kata Akhmad Rizal di Jakarta, Kamis. Menurut dia, adanya stagnasi aliran hanya berkutat saja pada sektor keuangan tanpa mau turun kepada sektor riil adalah karena masyarakat masih merasa lebih menguntungkan untuk memutar kembali dananya di sektor keuangan. "Walaupun risiko untuk melakukan kegiatan usaha sudah sedikit menurun, tetapi masyarakat belum percaya dapat memperoleh keuntungan lebih baik daripada jika memutar kembali dananya di sektor keuangan," katanya. Membuat pabrik atau usaha produktif lainnya, kata Akhmad Rizal, dipandang belum menguntungkan jika dibanding dengan memutar uang di pasar keuangan. Masyarakat belum percaya bahwa menginvestasikan dananya di sektor riil akan memberikan keuntungan lebih besar daripada di sektor keuangan. Menurut dia, masih tingginya tingkat suku bunga saat ini bukanlah satu-satunya penyebab masih rendahnya pertumbuhan kredit perbankan. "Kalaupun tingkat bunga BI Rate turun, bank masih menghadapi persoalan yang sulit seperti masalah kredit bermasalah (NPL) dan rekening masa lalu. Penurunan suku bunga BI tidak akan langsung diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan," katanya. Untuk menggerakkan sektor riil, kata Akhmad, pemerintah sebenarnya sudah memulai langkah terobosan dengan mempercepat pencairan anggaran negara. Namun langkah itu pun belum memberikan hasil memuaskan karena kenyataannya, penyerapan anggaran negara baru sekitar 20 persen saja. Menurut dia, paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa menginvestasikan dana di sektor riil akan lebih menguntungkan daripada di sektor keuangan. "Tiga masalah ini menyangkut penanganan kasus korupsi yang harus lebih proporsional, masalah ketenagakerjaan, dan masalah ketersediaan infrastruktur yang memadai," katanya. Mengenai perkiraan kondisi semester II 2006, Akhmad memperkirakan tidak akan banyak perubahan kecuali ada perbaikan terhadap tiga masalah itu ditambah dengan tetap terkendalinya laju inflasi. Pertumbuhan kredit rendah Sebelumnya Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa pertumbuhan kredit selama semester I 2006 sangat rendah. Dari Januari 2006 hingga Mei 2006, pertumbuhan kredit perbankan hanya sebesar 2,4 persen dibanding akhir Desember 2006. Namun BI masih optimis bahwa pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai target penyaluran kredit sesuai dengan rencana bisnis 2006. Dilihat dari kelompok bank, kelompok bank BUMN memberi sumbangan cukup besar terhadap kenaikan kredit perbankan dari awal 2006 hingga Mei 2006 yaitu naik sebesar Rp15,2 triliun atau sekitar 61 persen dari total kenaikan kredit perbankan. Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono menyatakan optimis bahwa pertumbuhan kredit perbankan sebesar 18 persen selama 2006 akan tercapai meskipun pertumbuhan kredit hingga Mei 2006 baru mencapai 2,4 persen. Hartadi mengakui, tidak ada upaya yang bisa langsung dilakukan BI untuk meningkatkan penyaluran kredit karena penyaluran merupakan murni pertimbangan komersial dari suatu bank. Menurut dia, suku bunga yang terlalu tinggi saat ini bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan kredit perbankan. "BI juga menginginkan agar inflasi segera turun, kurs yang stabil, sehingga kemudian suku bunga akan turun kembali. Itu yang bisa kita support, dan kita tidak bisa memaksa bank untuk memberikan kredit lebih banyak," katanya. Faktor lain yang juga mempengaruhi penyaluran kredit, menurut Hartadi adalah kondisi perekonomian itu sendiri apakah bisa menyerap ekspansi kredit yang lebih besar atau tidak. "Kalau kita lihat kondisi ekonomi khususnya di sisi moneter dan inflasi akan terus turun, kurs juga stabil dan cenderung menguat, kegiatan usaha juga mulai kembali meningkat. Kita perkirakan pada triwulan III dan IV akan terus meningkat sehingga pertumbuhan kredit bisa seperti yang ditargetkan," kata Hartadi. (*)
Copyright © ANTARA 2006