"Kami mengimbau agar para jamaah menjaga kesehatan, meski beribadah khusuk, tapi perhatikan juga asupan gizi," kata Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Zakat dan Wakaf Kementerian Agama wilayah Provinsi Bengkulu, Ramlan di Bengkulu, Minggu.
Ia mengatakan cara beribadah para jamaah Suluk di Kabupaten Rejanglebong itu mendapat pro dan kontra.
Apalagi pada 2012 ketika salah seorang jamaah meninggal dunia yang diduga akibat kelelahan menjalankan ibadah.
"Kami minta masyarakat bijak dalam menilai cara mereka beribadah, dan kami juga sudah mengimbau agar para jamaah menjaga kesehatan," tuturnya.
Ia mengatakan masyarakat tidak mempunyai wewenang untuk menyebut kegiatan jamaah Suluk itu merupakan ajaran sesat.
Para jamaah itu beribadah dalam kelambu berukuran satu meter kali satu setengah meter dengan posisi kaki ditekuk ke belakang.
Setiap Ramadhan, ratusan orang dari berbagai daerah datang ke Desa Sukadatang, Curup Kabupaten Rejanglebong untuk menggelar ibadah.
Wakil Ketua Tareqat Naqsyabandiyah M Edi mengatakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama Suluk panitia penyelenggara selalu memantau jamaah.
Selain itu, pihak penyelenggara mewajibkan jamaah untuk melampirkan surat keterangan kesehatan di masing-masing daerah asal.
Selanjutnya melakukan pemeriksaan lanjutan melibatkan dokter yang bertugas di Puskesmas Tunas Harapan Kecamatan Curup.
"Bagi yang memiliki catatan menyakit serius, menjadi perhatian dan pantauan kami," ucap Edi.
Pada gelombang pertama Ramadhan tahun ini diikuti 590 orang peserta. Rinciannya, 340 laki-laki dan 250 perempuan, yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Sumatera dan Jawa.
(KR-RNI/C004)
Pewarta: Helti M Sipayung
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013