Pergelaran dengan tema "Akhirnya Kembali ke Tanah Juga" itu, antara lain dilakukan oleh Bambang Eka Prasetya, Aning Purwa, Andretopo, Cipto Purnomo, Nundang Rundagi, Adia W.P., dan dua lainnya berasal dari Inggris, yakni Xilona Blanco dan John.
"Ini adalah refleksi Ramadhan, memaknai Bulan Puasa sebagai masa bertobat manusia," kata Bambang Eka usai pergelaran selama sekitar satu jam itu.
Ia menjelaskan performa itu sebagai ajakan kepada masyarakat untuk makin tekun berdoa dan membangun hidup yang berpengharapan.
"Bertobat itu mengaku bahwa manusia berlumur dosa, maka dosa harus dibenci. Manusia perlu memohon pengampunan dan berjanji tidak mengulangi dosa lagi, lalu memperbaiki kehidupannya," katanya.
Performa seni mereka gelar di panggung terbuka di sebelah timur alun-alun setempat dengan disaksikan masyarakat yang sedang ngabuburit di pusat Kota Magelang tersebut.
Mereka melumuri tubuh dan mukanya dengan tanah. Masing-masing juga mengikatkan kain merah di pinggang, sejumlah lainnya membawa beberapa pelapah daun kelapa atau belarak, dan mengusung satu drum sebagai properti pementasan itu.
Seruan berupa kalimat pertobatan dikumandangkan oleh Bambang selama performa tersebut, sedangkan Aning Purwa juga berulang kali mengucapkan pentingnya manusia selalu sadar terhadap asal usulnya yang dari tanah.
Aning mengatakan manusia sebagai makhluk yang lemah dan sering jatuh dalam dosa sehingga harus bertobat untuk kemudian menjalani kehidupan yang lebih baik.
"Banyak yang main di `langit`, tapi lupa jalan pulang ke `bumi`. Sering kali kita merawat iman dengan kukuh, tetapi menebangi pohon di tanah seenaknya," katanya yang terkesan simbolis tersebut.
Performa mereka dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati kawasan pusat pertokoan "Pecinan" di Jalan Pemuda Kota Magelang hingga saat buka puasa berkumandang.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013