Saya merindukan saat saya bisa membuat `makanan penyembuhan` bagi para pengemis anak, seperti saya dulu
Seoul (ANTARA News) - Dengan gaun bunga-bunga dan rambut hitam yang dicat coklat muda, Kim Ha-na tidak tampak seperti seorang mantan pengemis bocah yang mempertaruhkan nyawanya dalam tiga kali percobaan pelariannya dari Korea Utara sebelum akhirnya berhasil meninggalkan negara itu pada usia 15 tahun.
Kim, 25, menetap di Korea Selatan pada tahun 2005, dan baru-baru ini memperoleh ketenaran di televisi dengan menjadi salah satu kontestan pertandingan memasak di televisi, Masterchef Korea.
Dia berharap ketenarannya di televisi akan membantunya menemukan ayahnya, yang dilihatnya terakhir kali saat mereka mencoba menyeberang perbatasan Korea Utara menuju China, di bawah kejaran penjaga perbatasan Korea Utara.
Masa lalunya yang suram telah memikat para pemirsa di Korea Selatan sementara itu masakannya yang menggabungkan kuliner Korea Utara dan Korea Selatan memperoleh pujian dari para juri.
Dia berhasil mencapai posisi enam besar dari 6.500 kontestan sebelum akhirnya tersingkir.
Seperti dikutip dari Reuters, saat orang tuanya membelot dari Korea Utara maka Kim yang saat itu masih bocah otomatis hidup seorang diri. Dia harus putus sekolah dan berjuang untuk bertahan hidup.
Selama tiga tahun ia hidup sebagai "kotjebi", sebutan warga Korea Utara untuk pengemis anak, yang tidur di jalan, mengais makanan dan mencopet. Pada saat itu ia terpaksa makan apapun yang dapat diperolehnya, termasuk capung, katak dan bahkan tikus.
Tapi orangtua Kim terus mencoba menembus perbatasan Korea Utara untuk menyelamatkannya dan membawanya keluar.
"Suatu kali, saya telah kelaparan selama lima hari dan bertemu dengan ayah saya secara kebetulan dan makan sebanyak-banyaknya. Hari berikutnya, kami harus berlari secepat kami bisa untuk melintasi perbatasan tapi saya tidak bisa karena saya terlalu banyak makan pada malam sebelumnya. "
Dia akhirnya tertangkap oleh penjaga dan diseret kembali ke Korea Utara. Dia tidak melihat ayahnya lagi sejak itu tetapi kemudian berhasil keluar dari Korea Utara.
Harapan untuk menemukan ayahnya membantunya mengumpulkan keberanian untuk ikut bertanding dalam Masterchef Korea.
"Rumor mengatakan bahwa dia sudah meninggal dunia tapi saya masih berharap mendengar dari, atau tentang, ayah saya ketika cerita saya ditayangkan di televisi dan menyebar ke Korea Utara," katanya.
Dia juga ingin membuang prasangka di Korea Selatan terkait pembelot Korea Utara. Menurutnya para pembelot membutuhkan perlakuan yang adil bukan simpati.
"Saya ingin membuktikan bahwa pembelot juga bisa bersaing secara adil dan setara," kata Kim.
Kim mengatakan bahwa dia memimpikan kota kelahirannya, Orang di Provinsi Hamgyong Utara dan akan senang untuk membantu warga di sana.
"Dulu sebagai kotjebi, saya tidak mampu untuk memiliki mimpi apapun, apalagi menjadi seorang koki. Memasak hanya sarana untuk tidak kelaparan, bukan sesuatu untuk bersenang-senang."
Penerjemah: GNC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013