Jakarta (ANTARA) - Pelatihan-pelatihan yang disediakan Program Kartu Prakerja terbukti membawa dampak positif bagi para alumninya. Di Sabang, seorang perempuan muda yang punya hobi make up mengikuti Prakerja dan mengambil pelatihan tata rias. Kini bisnis tata riasnya menghasilkan dan bisa menghidupi keluarganya.
Prakerja sudah memberi manfaat kepada lebih dari 17,5 juta warga Indonesia sejak April 2020 di 514 kabupaten/kota. Beberapa hasil survei juga menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh program yang digagas oleh Presiden Joko Widodo.
Berikut ini beberapa kisah alumni Prakerja yang merasakan dampak positif beasiswa pelatihan yang disediakan pemerintah tersebut.
Guru yang terus belajar
Layar monitor laptop menyala terang menampilkan wajah-wajah pelajar sekolah menengah atas yang sedang diskusi interaktif membahas soal-soal yang diberikan guru untuk pekerjaan rumah melalui sebuah layanan aplikasi komunikasi video Google Meet.
Percakapan tentang trigonometri, cabang ilmu matematika yang membahas tentang hubungan sisi serta sudut yang ada pada segitiga, terdengar sayup-sayup dari diskusi mereka.
Pendidikan jarak jauh menggunakan sistem telekomunikasi interaktif menjadi barang baru bagi siswa-siswi di Rote, Nusa Tenggara Timur.
Proses belajar secara daring itu dikenalkan oleh Etna Tersia Leoh, seorang guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 3 Rote Timur.
Etna adalah alumni gelombang pertama program Prakerja. Pada 2020, dia mengikuti program Prakerja, sebetulnya hanya untuk mendapatkan sertifikat guna memenuhi syarat akhir kuliah profesi keguruan yang mewajibkan ada 10 sampai 15 sertifikat.
"Saya bingung bagaimana cara mendapatkan sertifikat sebanyak itu karena situasi sedang pandemi COVID-19. Saya cari informasi ke berbagi media sosial dan bertemu program Prakerja," kata perempuan berusia 31 tahun tersebut.
Etna yang saat itu berstatus guru honorer mengambil tujuh pelatihan, yaitu mahir berbisnis online dengan Instagram marketing, paket komplit seleksi kompetensi dasar calon pegawai negeri sipil (CPNS), belajar digital marketing sampai mahir.
Kemudian, memulai karier guru: merancang rencana pelaksanaan pembelajaran Merdeka Belajar, memaksimalkan proses belajar online, menambah penghasilan dengan menjadi guru online, dan asesmen untuk merdeka belajar.
Etna mengikuti program Prakerja bersamaan dengan tes akhir ujian perkuliahan. Ada dua laptop di hadapannya. Satu laptop untuk ujian perkuliahan dan satu laptop lagi untuk program Prakerja.
Kamera handycam merekam semua pembelajaran Prakerja supaya bisa ditonton berulang setelah ujian perkuliahan selesai. Hasil rekaman itu disimpan di laptop. Jadi meski program Prakerja sudah selesai, video bisa terus ditonton hingga paham.
Etna telah memulai karir sebagai guru honorer di SMP Negeri 3 Rote Timur, sejak tahun 2016, setahun usai menamatkan studi strata pertama.
Dia mengaku terbantu dengan program Prakerja karena materi yang dibahas membuatnya bisa menyelesaikan soal-soal yang keluar dalam ujian CPNS pada tahun 2021. Soal CPNS terasa lebih mudah karena kisi-kisi telah dipelajari sebelumnya melalui program Prakerja.
Program Prakerja membawa dampak positif yang mengantarkan Etna lulus CPNS. Materi tentang proses belajar online yang dia pelajari dari Prakerja hingga kini masih diterapkan untuk mencerdaskan para pelajar di Rote Timur.
Jika pagi hingga siang mengajar di kelas mendidik 40 orang siswa, maka dari sore hingga malam, mengajar belasan pelajar SMP dan SMA yang merasa kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika. Etna juga mengajar les untuk pelajar sekolah dasar di rumahnya.
Soal kadang dibahas melalui Whatsapp dan kadang juga melalui Google Meet. Ketika ada pelajar yang mendapatkan tugas dari guru mereka, maka mereka menghubungi via Whatsapp.
Etna lantas menjelaskan melalui rekam suara atau memfoto contoh penyelesaian materi serupa. Bila mereka masih tidak mengerti cara menjawab soal-soal matematika tersebut, maka mereka berjumpa melalui Google Meet atau panggilan video.
Pendidikan jarak jauh itu tak dipatok harga. Ada orang tua yang memberikan uang dan ada pula yang membelikan pulsa. Les privat daring itu diberikan secara tulus demi mencerdaskan anak-anak muda di Rote Timur.
"Saya tahu tentang keadaan di kampung seperti apa, jadi saya tidak menarik bayaran. Beberapa orang tua siswa yang mengerti memberikan (bayaran), ada yang cuma isi pulsa. Bagi saya itu tidak apa-apa (bayaran sukarela) karena tujuan saya mewariskan ilmu," ucap Etna.
Lebih lanjut dia berpesan agar para guru di seluruh Indonesia ikut mengembangkan diri dengan menerapkan proses pembelajaran berbasis digital dan daring.
Guru adalah pekerjaan yang mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak bisa lagi hanya berbasis textbook dan mengajar di kelas saja. Para murid yang lahir di era teknologi punya cara yang ingin serba praktis, termasuk dari aspek proses belajar.
Oleh karena itu, guru harus bisa menyesuaikan dengan keahlian para murid yang semakin piawai dengan teknologi, karena masa depan Indonesia turut bergantung dari pembelajaran di bangku sekolah.
Mendapatkan penghasilan dari passion
Muhammad Imron Tohri adalah alumni gelombang 15 program Prakerja. Dia lulusan strata pertama teknik informatika dari salah satu universitas swasta di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Dia mengikuti program itu saat masih kuliah semester akhir pada gelombang 8 dan baru dinyatakan lulus pada gelombang 15, sebab program Prakerja tidak bisa jika nomer induk kependudukan masih terdaftar di Kementerian Pendidikan.
Imron mendapatkan saldo Rp1 juta untuk mengikuti empat kelas, yaitu pelatihan dasar-dasar merancang aplikasi yang mudah digunakan pengguna IU/UX, pelatihan Adobe Illustrator, pelatihan Adobe After Effects, dan pelatihan cara efektif untuk menjual apapun dengan mudah.
Menurutnya, pelatihan-pelatihan dari Prakerja cukup mudah dipahami dan bisa diulang-ulang karena materinya dalam bentuk video.
"Saya mendapat skill baru karena saya punya ketertarikan di bidang desain," kata pemuda berusia 26 tahun tersebut.
Berkat keterampilan baru itulah, Imron bisa memperoleh pemasukan sebagai desainer digital. Meski pelatihan sudah dua tahun berlalu, namun ilmu yang dipelajari dari Prakerja masih dipakai hingga sekarang.
Dia menekuni pekerjaan bidang desain dan percetakan. Sebagian besar pesanan datang dari teman-teman atau orang yang memang sudah tahu, mereka menghubungi langsung jika mau membuat logo, poster, banner, dan lain sebagainya.
Ke depan, Imron berencana ingin mengembangkan bisnis percetakan berbekal ilmu-ilmu yang dia peroleh selama ini tentang desain dan motion graphics.
Bangun usaha sendiri
Jari-jemari lentik anak-anak yang membawakan Tarian Aceh tampak indah diiringi hentakan musik dari arbab, calempong, hingga serune kalee. Mereka adalah murid-murid yang sedang berlatih membawakan tarian tradisional pada Sanggar Cantika Aceh yang berlokasi di Sabang, Aceh.
Sanggar itu didirikan oleh Miftahul Jannah, alumni gelombang 28 program Prakerja. Terdapat 30 anak belajar menari di Sanggar Cantika Aceh tersebut.
Perempuan berusia 26 tahun itu telah mengajar menari sejak tahun 2018, namun saat itu masih belum aktif karena keterbatasan modal dan biaya untuk anak-anak mengikuti pentas seni.
Bila ada acara, mereka memakai baju manset dan songket yang dipinjam dari rumah ke rumah oleh anak-anak sanggarnya. Bahkan, riasan wajah juga masih personal dengan menyewa jasa perias pribadi.
Pada pertengahan 2022, Miftahul mengikuti program Prakerja dan mengambil dua materi pelatihan berupa tata rias dan fotografi untuk menunjang bisnis yang dia tekuni.
"Saya mendapatkan insentif sebesar Rp2,4 juta yang dipakai untuk membeli alat makeup dan membeli baju tari," ucap perempuan lulusan strata pertama jurusan matematika tersebut.
Miftahul bercerita sebelum mengikuti program Prakerja, dia tidak bisa merias wajah, bahkan untuk sekadar memakai pensil alis bagi dirinya sendiri saja pun tidak. Prakerja memberikan ilmu itu, hingga akhirnya dia bisa membuat usaha tata rias sendiri yang tumbuh bersamaan dengan bisnis sanggar dan bisnis foto.
Tiga bisnis itu menjadi penopang ekonomi keluarga Miftahul. Konsumen makeup adalah orang-orang yang ingin mengikuti lomba peragaan busana, wisuda, maupun pesta pernikahan. Dalam satu akhir pekan, dia bisa merias lebih dari dua puluh orang. Ia pun mempekerjakan orang sekitarnya untuk membantu merias.
Anak-anak sanggar juga menjadi lebih sering pentas menari karena mereka sudah punya pakaian dan perias wajah.
Keuntungan yang diperoleh dari bisnis tata rias wajah, sanggar, hingga photoshoot, diputar lagi untuk membeli alat-alat makeup dan membeli pakaian menari.
Dari sanggar kecil yang terletak di Desa Iboih, Kecamatan Sukamakmue, Kota Sabang, Provinsi Aceh, sebuah harapan tentang pelestarian seni tradisional melalui tarian itu tumbuh dan berkembang. Pewarisan ilmu terus dilakukan agar budaya lokal Aceh tetap lestari.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023