Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan kerja sama antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Jepang sebagai mitra dialog bisa terjalin dengan baik selama 50 tahun terakhir karena adanya rasa saling percaya (trust).
Rasa saling percaya itu, kata Retno, tecermin dari penyelenggaraan KTT ASEAN-Jepang yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), dalam kapasitas Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini, bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Tokyo pada Minggu.
Berdasarkan survei “The State of Southeast Asia 2023” yang dirilis oleh ISEAS Institute, Jepang menjadi “the most trusted major power” bagi masyarakat Asia Tenggara, dengan nilai tingkat kepercayaan mencapai 54,4 persen.
“Oleh karena itu, trust ini harus terus dipupuk dan diperkuat agar kemitraan ASEAN-Jepang dapat terus membawa manfaat bagi generasi selanjutnya. Kemitraan ASEAN-Jepang juga harus terus berorientasi ke masa depan dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan, ekonomi hijau,” kata Retno, berdasarkan transkrip pernyataan pers yang dia sampaikan terkait KTT itu.
KTT yang diselenggarakan untuk memperingati 50 Tahun Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN-Jepang itu menghasilkan dua dokumen, yaitu Joint Vision Statement dan implementasi Plan of the Joint Vision Statement.
Visi jangka panjang ASEAN-Jepang sebagai mitra terpercaya berbasis pada tiga pilar utama. Pertama, Heart to Heart Partners Across Generations yang di dalamnya mencakup kerja sama antara lain pertukaran pemuda, budaya, olahraga, sains dan teknologi, serta dukungan terhadap Sekretariat ASEAN.
Pilar kedua, Partners for Co-Creation of Economy and Society, mencakup sejumlah kerja sama di bidang ekonomi, lingkungan, manajemen kebencanaan, dan ketahanan pangan, serta transisi energi, sementara pilar ketiga, Partners for Peace and Stability, diarahkan untuk menjaga stabilitas keamanan, termasuk keamanan maritim.
“Dan kemudian yang juga menjadi salah satu prioritas adalah Women and Peace and Security serta non-proliferasi nuklir,” tutur Retno.
Sedangkan dokumen implementasi Plan of the Joint Vision Statement memuat 130 kerja sama dari tiga pilar utama di Joint Vision Statement.
“Jadi intinya ini adalah menerjemahkan atau upaya untuk melaksanakan dari visi yang sudah disampaikan di dokumen yang pertama. Pada intinya, kedua dokumen ini akan menjadi acuan kemitraan ASEAN-Jepang yang berorientasi ke masa depan,” kata dia.
Retno juga menyebut bahwa beberapa kerja sama prioritas, yang menjadi kepentingan Indonesia, turut terefleksi di dalam outcome documents, antara lain penguatan konektivitas melalui investasi infrastruktur, dan percepatan transisi energi dengan penyediaan pendanaan yang terjangkau untuk mencapai emisi nol bersih.
Selain itu, ada pula kerja sama dalam pengembangan ekosistem baterai EV di kawasan untuk memperkuat rantai pasok global, dukungan bagi pengembangan UMKM, serta operasionalisasi ASEAN Center for Public Health Emergencies and Emerging Diseases di Indonesia.
Jepang juga meluncurkan beberapa inisiatif baru untuk kawasan, antara lain Partnership to Co-Create a Future with the Next Generation, yaitu program pengenalan budaya dengan nilai komitmen 15 miliar yen (sekitar Rp1,64 triliun).
Ada pula ASEAN Japan Co-Creation Initiative for the Next Generation Automotive Industry, di mana Jepang menyiapkan 1 miliar dolar AS (sekitar Rp15,5 triliun) untuk implementasi proyek kerja sama pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan.
Jepang juga mendirikan Asia Zero Emission Center di lembaga riset ekonomi ERIA untuk menyusun peta jalan menuju nol emisi di kawasan, serta Co-Creation for Common Agenda Initiative yang akan meningkatkan kolaborasi dan investasi di bidang konektivitas, perubahan iklim, penguatan UMKM dan usaha rintisan, dengan nilai komitmen 35 miliar dolar AS (sekitar Rp543,5 triliun).
Baca juga: Para pemimpin ASEAN-Jepang bahas situasi di Gaza
Baca juga: Presiden Jokowi dorong kolaborasi ASEAN-Jepang untuk revolusi industri
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023