Namun di laman resminya, Badan PBB itu menyatakan bahwa penting bagi setiap negara untuk mengomunikasikan informasi tentang MERS-CoV sebelum, selama dan setelah jemaah menunaikan ibadah haji.
Negara-negara yang mengirim jemaah haji ke Arab Saudi, menurut WHO, harus memberitahukan kepada jemaah haji tentang risiko penularan sindrom pernafasan itu serta menyediakan petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan terbaru tentang MERS-CoV sebagai pendamping.
Organisasi kesehatan dunia juga menyarankan anggota jemaah haji yang mengalami masalah pernafasan akut disertai demam dan batuk untuk melapor ke petugas kesehatan serta berusaha meminimalkan kontak dengan yang lain dan menutup hidung serta mulut saat batuk atau bersin.
Jemaah haji yang setelah kembali dari Tanah Suci mengalami masalah pernafasan disertai demam dan batuk juga disarankan melapor ke petugas kesehatan dan menjalani pemeriksaan MERS-CoV, demikian pula orang yang melakukan kontak dengan orang yang mengalami gejala itu.
MERS-CoV, yang dapat menyebabkan batuk, demam dan pneumonia, muncul di Arab Saudi tahun 2012 dan telah menyebar dari kawasan Teluk ke Perancis, Jerman, Italia, Tunisia dan Inggris.
WHO mencatat, secara global total 90 kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi laboratorium dan 45 diantaranya mengakibatkan kematian.
Sekali pun mendorong negara-negara untuk meningkatkan kewaspadaan atas penyebaran virus tersebut untuk membantu mengurangi risiko penularan, WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan atau perdagangan.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013