akarta (ANTARA News) - Tim mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menciptakan absensi sidik jari yang juga bisa mendeteksi kondisi kesehatan seseorang.
Berkat karyanya itu, tim beranggotakan Bagus Hanindito, Wisnu Wijayanto, dan Cindy Agustina itu memenangi "Fujitsu Innovation Challenge 2013" dan berhak mengunjungi mengunjungi kantor pusat Fujitsu di Jepang.
"Idenya dari orang tua Bagus yang sakit dan terpaksa harus dicek darah, setiap kali dicek darah Beliau harus ditusuk jarum dan karena sudah berulang kali maka tangannya luka," kata Cindy di Jakarta, Kamis.
Dari sana, Cindy dan kedua rekannya memiliki ide mengembangkan perangkat PalmSecure dari Fujitsu untuk dijadikan alat absen sekaligus pendeteksi kondisi kesehatan melalui pengecekan jumlah hemoglobin dalam darah.
Mereka menamai karyanya dengan "Attendance Record System with Integrated Body Health Information".
Cara kerjanya, kata Cindy, mengecek deoxygenated haemoglobin yakni hemoglobin yang tidak diikat oksigen.
"Semakin banyak hemoglobin yang terkena sinar inframerah maka warnanya menjadi gelap kalau yang kurang jadi terang, warna gelap mengindikasikan kondisi prima, sedangkan terang artinya seseorang sakit atau sedang kelelahan," katanya.
Sayang, alat tersebut belum dapat diproduksi massal karena masih perlu disempurnakan, namun Fujitsu mengaku sedang memikirkan pola terbaik untuk memproduksi inovasi ini.
"Untuk saat ini kami memang belum bisa membantu memproduksi inovasi tersebut, kami masih mencari pola pengembangannya seperti apa, mungkin di tahun-tahun yang akan datang kami baru bisa bantu memproduksi," kata Presiden Direktur Fujitsu Achmad Sofwan.
Fujitsu Innovation Challenge adalah ajang kompetisi untuk mahasiswa se-tanah air untuk berkreasi menciptakan aplikasi inovatif dengan menggunakan teknologi otentikasi pembuluh darah terbaru dari Fujitsu, PalmSecure.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013