Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Indonesia (KI) berkolaborasi dengan organisasi global yang mengeksplorasi laut OceanX untuk mendukung program Blue Halo S yang menyasar Wilayah Pengelolaan Perikanan 572 yang meliputi pesisir barat Sumatra dan sebagian wilayah pesisir Selat Sunda.
"Pengetahuan melalui eksplorasi merupakan komponen penting dari misi kami untuk menjaga ekosistem penting," kata Senior Vice President dan Executive Chair Konservasi Indonesia Meizani Irmadhiany dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Meizani mengatakan Indonesia menyandang status sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia.
Oleh karena itu, pihaknya mendukung berbagai inisiatif pemerintah Indonesia yang bertujuan memitigasi perubahan iklim dan melindungi alam untuk penghidupan masyarakat melalui pengembangan kemitraan kolaboratif dengan berbagai pemangku kepentingan.
"Kami sangat bangga meluncurkan kemitraan strategis dengan OceanX yang bertujuan untuk memanfaatkan teknologi mutakhir dan keahlian ilmiah untuk memberikan kontribusi substantif terhadap pelestarian alam kita," ujar Meizani.
Blue Halo S adalah pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif untuk mengelola konservasi sumber daya alam kelautan dan perikanan, termasuk di dalamnya lingkaran ekologi dan ekonomi antara produksi dan perlindungan laut.
Program itu merupakan inisiatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Konservasi Indonesia, Conservation International, dan Green Climate Fund.
Meizani menuturkan fokus proyek percontohan Blue Halo S berada di pesisir barat enam provinsi di Sumatra dan Jawa, yakni Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, dan Banten.
Baca juga: KKP: Masyarakat Hukum Adat jadi ujung tombak konservasi laut RI
Baca juga: BRIN garap pengembangan jalur migrasi ikan air tawar
Baca juga: Menteri KP minta kawasan konservasi bebas aktivitas kapal laut
Kawasan itu mencakup 125 ribu hektare terumbu karang yang merupakan empat dari 50 ekosistem terumbu prioritas dunia dan menjadi tempat bermukim 15,4 juta warga pesisir.
Menurut dia, kolaborasi penelitian tersebut mempunyai arti penting karena peran Wilayah Pengelolaan Perikanan 572 dalam menyediakan ketahanan pangan, penghidupan, dan dampak ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat lokal dan sekitar.
"Pelaksanaan Blue Halo S mendukung tujuan strategis jangka panjang pemerintah dalam mendorong pertumbuhan produk domestik bruto perikanan, meningkatkan kawasan konservasi perairan, dan menjamin ketahanan masyarakat," kata Meizani.
OceanX akan mendatangkan kapal risetnya ke Indonesia pada pertengahan tahun depan. Kapal itu dilengkapi dengan kemampuan mutakhir yang memungkinkan para peneliti mengkarakterisasi secara menyeluruh habitat di berbagai lingkungan laut mulai dari wilayah pesisir hingga laut terbuka dan dalam.
Pengumpulan data yang komprehensif itu akan memudahkan pengkajian mendalam terhadap ekosistem laut secara keseluruhan dan terpadu.
Vincent Pieribone mewakili OceanX menegaskan komitmen organisasinya untuk mendukung visi Indonesia mengenai ekonomi biru yang berkelanjutan.
"Kolaborasi itu mendukung tujuan yang ditetapkan oleh Blue Halo S, memfasilitasi jalur inovasi menuju pelestarian laut dan mendorong pengelolaan perikanan berkelanjutan," pungkas Vincent.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi 1,33 triliun dolar AS dengan tujuh potensi sumber daya alam senilai 0,8 triliun dolar AS (kontribusi 60 persen) dari bidang kelautan dan perikanan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memandang Program Blue Halo S Indonesia sangat menguntungkan karena Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan kebijakan penangkapan ikan yang terukur dan berkelanjutan berdasarkan kuota penangkapan dan menghasilkan ekonomi baru dari karbon biru yang mendukung sektor laut.
Baca juga: Keberlanjutan ekonomi dan konservasi di kebun raya daerah
Baca juga: Ilmuwan temukan ikan berstatus punah di Jawa
Baca juga: Trenggono tegaskan komitmen perluas kawasan konservasi 30 persen
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023