Untuk merancang kebijakan iklim yang baik dan seimbang, sangat penting untuk melibatkan berbagai perspektif. Setiap negara memiliki kondisinya masing-masing

Jakarta (ANTARA) - Tim Ahli Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Alland Dharmawan menekankan pentingnya keterlibatan pemuda, khususnya yang berasal dari negara-negara Global South (Dunia Selatan), dalam merancang kebijakan iklim yang lebih efektif.

Tim Ahli Wantimpres Bidang Ekonomi dan Energi itu mengungkapkan hal tersebut dalam sesi panel pemuda bertajuk “Sorbonne University Abu Dhabi (SUAD) Call to Action for Future Generations” di sela rangkaian KTT Conference of the Parties (COP) ke-28, sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dalam panel, Alland menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia dan Asia Tenggara yang menyerukan peningkatan akses sumber daya dan platform bagi pemuda, serta komitmen yang lebih kuat dari pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan suara pemuda dalam pengembangan kebijakan iklim.

“Untuk merancang kebijakan iklim yang baik dan seimbang, sangat penting untuk melibatkan berbagai perspektif. Setiap negara memiliki kondisinya masing-masing,” ujarnya.

Baca juga: Negara maju punya tanggung jawab besar mengendalikan perubahan iklim

Beberapa negara, kata Alland, mungkin lebih maju dalam perekonomian dan teknologi dibandingkan yang lain. Masing-masing negara juga memiliki prioritas masing-masing.

“Tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam perlombaan dunia untuk mengatasi dampak perubahan iklim," ucapnya.

Alland mengatakan seiring dengan berakhirnya KTT COP 28, dunia perlu memanfaatkan momentum yang dihasilkan oleh konferensi bersejarah itu.

“Komitmen teguh untuk kerja sama internasional, yang dengan tegas disuarakan oleh pemuda, mendorong kita menuju masa depan dimana inklusivitas menjadi hal utama dalam upaya bersama kita untuk menciptakan dunia yang berkelanjutan dan tangguh,” ujarnya.

Alland hadir dalam sesi panel itu bersama lima pemuda panelis yang berasal dari Korea Selatan, Jerman, dan Meksiko. Para pemuda panelis itu membagikan pandangan mereka mengenai bagaimana pemuda dapat berperan dalam isu perubahan iklim.

Baca juga: COP28 hasilkan konsensus "bersejarah" untuk percepat aksi iklim global

Mereka juga menyampaikan pengalaman mereka berpartisipasi dalam Sorbonne University Abu Dhabi (SUAD) Youth COP atau simulasi Conferences of the Parties yang diselenggarakan oleh Universitas Sorbonne Abu Dhabi (UEA), Université Paris Cité (Prancis), dan Universidade Federal do Ceará (Brasil).

Alland dan para panelis itu adalah pemenang SUAD Youth COP edisi pertama, yang diikuti oleh ratusan pemuda dari seluruh dunia dan lebih dari 40 universitas.

KTT COP ke-28, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), yang baru saja berakhir, mencatat momen bersejarah dengan kesepakatan bulat yang dituangkan dalam Konsensus UEA.

Kesepakatan yang didukung oleh 198 pihak tersebut menjadi kesepakatan pertama di dunia yang secara eksplisit menyebutkan peralihan bahan bakar fosil dalam sistem energi untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2050.

COP ke-28 juga menyepakati peningkatan kapasitas energi terbarukan secara global hingga tiga kali lipat pada 2030. Reformasi arsitektur keuangan, termasuk pengakuan peran lembaga pemeringkat kredit, juga diumumkan untuk pertama kalinya dari penyelenggaraan konferensi itu.

Baca juga: COP28 Dubai sepakati pendanaan Rp1,2 kuadriliun

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023