"Ini kali kedua saya membaca puisi di sini, yang pertama pada 2002 lalu," kata Rosa melalui surat elektronik yang diterima Antara di Magelang, Kamis.
Beberapa puisi yang dibaca Rosa, antara lain berjudul "Sebuah Lukisan Surealis", "Nikah Pelacur tak Punya Tubuh", "Perempuan itu Bernama Ibu", "Siapa Berjalan di Atas Cahaya", "Sebuah Radio Kumatikan", "Surat Lorena", "Surat Julia", "Surat Nadia", "Nikah Pisau", "Buku Harian Perkawinan", dan "Suatu Hari Bulan Juli".
Rosa membaca puisi karyanya itu di Jurusan Indonesia Universitas Bonn Jerman, Rabu (24/7), sedangkan versi Jerman dibacakan oleh Pemimpin Redaksi "Orientierungen", suatu jurnal tentang berbagai budaya Asia yang sering memuat terjemahan Jerman dari karya sastra Indonesia, Berthold Damshauser. Damshauser juga menerjemahkan puisi-puisi karya Rosa.
Mereka yang hadir, antara lain kalangan mahasiswa Jurusan Indonesia di perguruan tinggi itu, para dosen dan sastrawan Bonn, serta warga negara Indonesia yang tinggal di Bonn.
"Saya merasakan mereka takzim mendengarkan pembacaan puisi-puisi saya yang bertema tentang perempuan," katanya.
Ia mengatakan acara itu menunjukkan kepada publik, terutama di Jerman, bahwa di Indonesia juga ada puisi yang membicarakan masalah perempuan.
"Bahwa puisi Indonesia sungguh kaya, dan ada banyak hal lain dibicarakan di Indonesia. Hal-hal yang lebih kekinian, bahwa sastra Indonesia itu adalah sastra yang hidup, terus berjalan, berkembang, dan sudah bergerak jauh, dan terus bergerak," katanya.
Rosa yang juga pengelola Rumah Baca Duniatera Borobudur, sekitar 500 meter timur Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu, sejak awal Juli 2013 berada di Jerman untuk suatu program residensi selama satu tahun.
Ia mengatakan Jurusan Indonesia Universitas Bonn sejak relatif lama suka mengundang sastrawan Indonesia untuk membacakan karyanya di tempat itu.
Sejumlah sastrawan Indonesia yang pernah membacakan karyanya di universitas itu, antara lain Subagio Sastrowardoyo, W.S. Rendra, Ahmad Tohari, Ramadhan K.H., Afrizal Malna, Sitor Situmorang, Ayu Utami, Jamal D. Rahman, Joni Ariadinata, dan Sapadi Djoko Damono.
Berthold Damshauser yang juga Ketua Program Bahasa Indonesia Universitas Bonn dan anggota Komisi Indonesia-Jerman untuk Bahasa dan Sastra itu mengatakan bahwa acara itu sebagai upaya memperkenalkan sastra Indonesia dan puisinya di kalangan akademisi.
Puisi, katanya, juga bagian dari seni Indonesia yang sejati sehingga memiliki peranan penting di negeri itu.
"Identitas Indonesia ada di bahasa, dan kesenian bahasawi yang paling nyata adalah puisi," katanya.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013