Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan penghargaan kepada jurnalis televisi atas kepedulian mereka terhadap pencegahan stunting melalui peliputan yang mendalam, unik, dan kreatif.

"Prinsip upaya percepatan penurunan stunting itu kolaborasi multipihak dan gotong royong, termasuk salah satunya peran dari media, dimana BKKBN melakukan penetrasi kepada media melalui tiga jalur," kata Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso di Jakarta, Kamis malam.

Tiga jalur tersebut, yang pertama yakni melalui peningkatan kesadaran atau awareness. Kedua, yakni di lini tengah, bagaimana menyiarkan informasi dalam media sekilas.

"Kemudian, edukasi kepada masyarakat melalui kekuatan kader kesehatan, termasuk tim pendamping keluarga. Kader pembangunan di desa ini menjadi komunikator bagaimana cara mencegah stunting, selain itu juga melalui para penyuluh agama yang ada di desa," ujar dia.

Sementara itu, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) Suprayoga Hadi menyebutkan, media berperan penting dalam merespons isu stunting agar lebih banyak diangkat dalam setiap pemberitaan.

"Banyak hal-hal kreatif dan inovatif, dan wartawan selama ini telah merespons itu. Kita juga punya strategi nasional, yang ditetapkan sejak 2018, agar punya jalan atau arah yang tepat untuk menurunkan itu (angka stunting)," ucapnya.

Ia juga menjelaskan, selama ini ada lima pilar dalam percepatan penurunan stunting. Pertama, yakni komitmen pemerintah pusat dan daerah, kedua: sosialisasi kampanye perubahan perilaku, ketiga; konvergensi, dimana ada 20 kementerian/lembaga yang terlibat, keempat; perbaikan gizi dan pangan, dan kelima; perbaikan atau monitoring dan evaluasi.

"Ini dibakukan dalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting," kata dia.

Suprayoga juga menekankan ada dua pendekatan yang berbeda dalam rangka percepatan penurunan stunting antara desa dan kota.

"Masyarakat di pelosok daerah penetrasinya belum sukses, perlu dijelaskan dari pintu ke pintu, jadi ada dua pendekatan berbeda," tutur dia.

Pada kesempatan ini juga hadir Aktris Marcella Zalianty yang menyampaikan bahwa percepatan penurunan stunting melalui literasi menjadi sangat penting.

"Literasi menjadi penting, bisa diwujudkan dalam dua bentuk, tidak hanya digital. Kita ini pengguna terbesar media sosial, itu menjadi kekuatan bagaimana stunting terus dikawal. Oleh karena itu, perlu literasi, sosialisasi, advokasi, dan kebijakan," ujar Marcella.

Menurutnya, medium film menjadi salah satu sarana yang cukup kuat untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam percepatan penurunan stunting.

"Sosialisasi melalui film sangat penting, karena dalam film itu kita merasa tidak digurui, tetapi melalui nilai di dalam film kita bisa belajar," ucapnya.

Untuk itu, ia menyarankan mesti ada lebih banyak iklan layanan masyarakat yang perlu dibuat, baik itu melalui media film, televisi, dan lain sebagainya.

"Dalam film ada keahlian komunikasi yang penting, untuk itu televisi bisa dioptimalkan, total ada 15 film di tahun 2022 akhir dengan jumlah penonton sebanyak lebih dari 17 juta. Bayangkan kalau ada iklan (tentang stunting) yang menyentuh sebelum film mulai, itu awal yang bisa dilakukan," tuturnya.

Ke depan, dirinya mengaku akan mengajak persatuan artis di Indonesia untuk turut aktif mengkampanyekan pencegahan stunting secara berkelanjutan.

"Lewat persatuan artis Indonesia, kita bisa bikin kampanye yang positif, atau film pendek tentang stunting untuk mencapai awareness, ini bentuk-bentuk advokasi yang bisa diadaptasi dan berdampak," katanya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2023