Pengumuman tersebut memberikan sinyal bahwa The Fed mulai mengubah sikapnya menjadi lebih dovish
Jakarta (ANTARA) - Rupiah pada akhir perdagangan Kamis, meningkat disebabkan oleh sentimen risk on setelah rapat atau pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) yang membahas tentang arah kebijakan suku bunga acuan AS.
Bank Sentral AS atau The Fed mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan pada 5,25 persen hingga 5,50 persen setelah pertemuan FOMC pada Desember 2023, seperti yang diperkirakan.
"Pengumuman tersebut memberikan sinyal bahwa The Fed mulai mengubah sikapnya menjadi lebih dovish (longgar) sehingga mendukung kuatnya sentimen risk on di pasar keuangan global," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Sentimen risk on adalah kondisi pasar yang menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang optimis terhadap prospek kondisi perekonomian, sehingga minat investor meningkat terhadap aset-aset berisiko termasuk rupiah.
Hasil pertemuan FOMC tersebut juga menyebabkan indeks dolar AS melemah menjadi menjadi 102,87, dan imbal hasil (yield) obligasi AS turun menjadi 4,02 persen.
Dalam pertemuan FOMC itu, The Fed merevisi turun proyeksi inflasi dan suku bunga acuan AS atau Fed Funds Rate (FFR) tahun 2023-2025.
Proyeksi inflasi tahun 2023-2025 juga direvisi turun menjadi 2,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy), 2,4 persen yoy, dan 2,1 persen yoy. FFR juga direvisi turun masing-masing menjadi 5,4 persen, 4,6 persen, dan 3,6 persen.
Oleh karena itu, komite memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin (bps) pada 2024 dan 100 bps pada 2025, lebih besar dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Di sisi lain, The Fed mempertahankan perkiraan tingkat pengangguran, namun hanya sedikit merevisi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2024. Hal itu menyiratkan bahwa The Fed memperkirakan inflasi akan terus menurun pada 2024 dan 2025, sementara PDB AS hanya akan sedikit melambat.
Proyeksi tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed telah selesai dalam kebijakan pengetatan dan bersiap untuk melakukan pelonggaran kebijakan pada 2024.
Pada penutupan perdagangan Kamis, rupiah menguat drastis sebesar 159 poin atau 1,01 persen menjadi Rp15.502 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.661 per dolar AS.
Begitu juga dengan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis yang naik ke level Rp15.493 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.629 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah menguat menjadi Rp15.606 per dolar AS pada Rabu pagi
Baca juga: Rupiah kuat sebab prospek kebijakan The Fed yang tak terlalu "hawkish"
Baca juga: Rupiah pada Senin pagi melemah menjadi Rp15.605 per dolar AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023