Hanya ada dua negara di dunia yang mencatat PMI di atas 50 selama 25 bulan berturut-turut yaitu Indonesia dan IndiaJakarta (ANTARA) -
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan industri manufaktur Indonesia tangguh menghadapi gejolak geopolitik dan geoekonomi yang tengah terjadi.
Berdasarkan data Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur, industri pengolahan Indonesia tercatat mengalami ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, mengalahkan banyak negara lain.
"Hanya ada dua negara di dunia yang mencatat PMI di atas 50 selama 25 bulan berturut-turut yaitu Indonesia dan India," kata Agus Gumiwang dalam Gebyar IKMA 2023 di Jakarta, Kamis.
Menperin mengungkapkan capaian tersebut mengalahkan sejumlah negara termasuk Vietnam, China, Korea Selatan, Jepang, AS hingga Uni Eropa (EU).
"Vietnam tidak bisa 25 bulan berturut-turut. Thailand juga tidak bisa. Amerika tidak bisa, Jepang tidak bisa, Korea Selatan tidak bisa, apalagi EU, China juga tidak bisa. Jadi hanya Indonesia dan India yang selama 25 bulan berturut-turut PMI-nya di atas 50. Ini juga membuktikan ketangguhan industri manufaktur yang ada di Indonesia," tuturnya.
Baca juga: Kemenperin cetak 38 ribu tenaga kerja industri sepanjang 2023
Baca juga: Menperin tegaskan Indonesia tidak alami deindustrialisasi
Baca juga: Kemenperin cetak 38 ribu tenaga kerja industri sepanjang 2023
Baca juga: Menperin tegaskan Indonesia tidak alami deindustrialisasi
Menperin mengungkapkan banyak negara besar di dunia mengalami kontraksi ekonomi karena tekanan ketidakstabilan kondisi geopolitik dan geoekonomi yang terjadi.
Namun, di tengah kondisi yang menantang itu, industri manufaktur tanah air masih menunjukkan kinerja yang baik. Sektor industri pengolahan non migas juga masih membuktikan diri sebagai penggerak utama perekonomian nasional.
Sejumlah indikator kinerja gemilang manufaktur diantaranya pertumbuhannya yang mencapai 5,20 persen pada triwulan III 2023, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,94 persen.
Begitu pula kontribusi industri pengolahan non migas terhadap PDB yang konsisten terus-menerus tercatat sebagai kontributor terbesar dalam PDB nasional.
"Pada triwulan III 2023, kontribusi manufaktur tercatat 16,83 persen di atas sektor-sektor lain," katanya.
Sementara itu, ekspor industri manufaktur hingga Oktober 2023 mencapai 155,16 miliar dolar AS atau 72,4 persen terhadap total ekspor nasional. Demikian juga capaian investasi manufaktur yang tercatat sebesar Rp413 triliun atau 40 persen dari total investasi nasional.
Indikator lainnya, yakni dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang sejak dirilis Kementerian Perindustrian pada November 2022 lalu, selalu berada di atas level 50,00 atau level ekspansi.
"Sekarang sudah 12 bulan running (berjalan), dan ini selalu menunjukkan angka di atas 50. Jadi setiap angka di atas 50, itu artinya industri kita sedang ekspansi," katanya.
Diketahui, Menperin menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang mengalami deindustrialisasi. Ia juga menegaskan bahwa industri manufaktur tengah semakin bergeliat.
Menperin mengaku akan terus berupaya maksimal untuk semakin meningkatkan performa sektor industri manufaktur, termasuk mengembalikan kontribusi terhadap PDB nasional hingga 20 persen.
Baca juga: Menperin: penerapan konsep ESG penting wujudkan industri berdaya saing
Baca juga: Menperin imbau kementerian/lembaga lebih serius kendalikan impor
Diketahui, Menperin menegaskan bahwa Indonesia tidak sedang mengalami deindustrialisasi. Ia juga menegaskan bahwa industri manufaktur tengah semakin bergeliat.
Menperin mengaku akan terus berupaya maksimal untuk semakin meningkatkan performa sektor industri manufaktur, termasuk mengembalikan kontribusi terhadap PDB nasional hingga 20 persen.
Baca juga: Menperin: penerapan konsep ESG penting wujudkan industri berdaya saing
Baca juga: Menperin imbau kementerian/lembaga lebih serius kendalikan impor
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023