Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dimas Dwi Saputro mengatakan relawan harus fokus pada upaya membuat anak-anak segera melupakan kesedihan yang dialami saat bencana gempa bumi agar trauma tidak berkelanjutan.

“'Trauma healing' (penyembuhan dari trauma) itu sangat penting pada anak-anak pascabencana gempa bumi,” katanya dalam diskusi daring bertajuk “Antisipasi Permasalahan Kesehatan Anak Pada Situasi Gempa Bumi” di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan pendekatan terhadap penyembuhan dari trauma dapat bervariasi, tergantung pada tahapan waktu penanganan.

“Jika dilakukan dalam 72 jam pertama setelah bencana, tekniknya berbeda dengan penanganan pada tujuh hingga 14 hari setelah kejadian. Tujuan utamanya adalah membuat anak-anak segera melupakan pengalaman traumatis mereka,” katanya.

Oleh karena itu, kata dia, konsep bermain dan belajar harus ditanamkan dalam proses penyembuhan trauma.

“Sunatullah anak-anak itu adalah bermain dan belajar,” kata Dimas.

Baca juga: IDAI: Keluarga berperan penting dalam menghentikan kebiasaan merokok

Dia mengatakan relawan harus memiliki keterampilan khusus yang terkait dengan usia anak-anak dan waktu setelah bencana.

Dia menjelaskan mereka harus tahu cara terbaik menghadapi reaksi anak-anak dalam kurun waktu tertentu dan menggunakan permainan yang sesuai untuk mengatasi dampak gempa bumi atau bencana lainnya.

Dia menilai proses penyembuhan trauma lebih mudah untuk anak-anak dibandingkan dengan remaja.

Remaja, kata dia, memiliki lebih banyak pertimbangan dan pendekatan yang berbeda untuk mengatasi bekas trauma tersebut.

Kendati demikian, dia menyatakan, berbagai upaya harus dilakukan untuk menghilangkan bekas trauma itu sejauh mungkin sehingga tidak membekas sampai dengan mereka dewasa.

“Jadi bagaimana kenangan buruk itu kita alihkan dengan belajar dan bermain melalui 'trauma healing' tadi dan kira-kira sejauh ini kita melihat pendekatan-pendekatan yang dilakukan kalau sesuai pas waktunya dan pas usianya maka akan membuat trauma itu tidak berkelanjutan,” kata Dimas.

Baca juga: IDAI dorong adanya analisis data infeksi pneumonia
Baca juga: Cukupi kebutuhan dasar agar pertumbuhan bayi prematur optimal
Baca juga: IDAI: Deteksi dini kunci cegah kematian anak akibat penyakit diabetes

Pewarta: Rivan Awal Lingga
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023