Jakarta (ANTARA) - Slogan "Gemar Makan Ikan" terus digaungkan pemerintah, tidak hanya lewat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tetapi sejumlah kementerian ikut mendorong program ini dalam upaya meningkatkan gizi keluarga.

Dengan kekayaan laut yang begitu melimpah, termasuk kekayaan hayati di dalamnya, diharapkan dapat membantu dalam penanganan kasus stunting. Beberapa pemerintah daerah yang masih harus berjuang untuk memberantas kasus stunting di wilayahnya, dapat memaksimalkan potensi besar tersebut.

Survei di desa-desa nelayan, kasus stunting bukan karena keluarga tidak mampu membeli ikan, melainkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai manfaat dari ikan untuk anak terutama balita.

Masih ada penduduk desa pesisir yang beranggapan kalau anak diberi ikan bisa cacingan. Beberapa warga di desa nelayan justru membelikan camilan (snack) dari toko swalayan sebagai 'teman' makanan pokok anaknya.

Padahal, jika melihat jarak tempuh ke toko swalayan serta harga dari camilan itu sudah setara dengan harga ikan atau malah justru lebih mahal.

Survei juga memperlihatkan, masih banyak kepala keluarga di pedesaan yang lebih mementingkan membeli kebutuhan bukan pokok daripada memperhatikan kebutuhan protein putra-putrinya.

Sajian ikan di meja makan memberikan manfaat bagi kebutuhan gizi anak di Jakarta, Kamis (7/12/2023). ANTARA/ Ganet

Ahli Teknologi Pangan IPB, Dr. Ir. Dase Hunaefi mengatakan pemberian protein ikan terhadap tumbuh kembang anak memiliki hubungan yang erat. Protein memiliki fungsi membantu pertumbuhan, memperbaiki jaringan tubuh; menjaga kesehatan kulit, rambut, kuku; membantu memproduksi hormon dan enzim; dan mendukung sistem kekebalan tubuh.

Ikan juga memiliki peran penting untuk memelihara berat badan mengingat sifat dari protein ikan yang mudah dicerna dan diserap tubuh.

Dengan demikian, pemberian ikan, terutama jenis ikan air tawar, terhadap anak yang sedang tumbuh kembang memiliki peran penting terutama terkait upaya pemerintah memerangi stunting.


Bonus demografi

Ketua Tim Kerja Promosi Dalam Negeri Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PDSKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Emy Khonifah mengatakan menghadapi bonus demografi 2045 maka sasaran haruslah makanan berkualitas bagi masyarakat.

Programnya bukan sekadar meningkatkan budi daya ikan saja tetapi juga pentingnya memberikan edukasi pentingnya mengonsumsi ikan untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan sehat.

Dengan demikian, ada dua tugas dari pemerintah. Pertama, memberikan edukasi mengenai pentingnya mengonsumsi ikan bagi kesehatan anak. Kedua, meningkatkan produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat terutama anak-anak.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization) memperkirakan kebutuhan protein dunia meningkat hingga 70 persen pada 2050. Tantangannya, penduduk Indonesia sendiri diperkirakan akan bertambah menjadi 319 juta jiwa pada 2045.

Pemerintah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan ikan sebagai sumber protein mengedepankan budi daya berkelanjutan karena menjamin pengolahan lingkungan yang bertanggungjawab.

Produk budi daya ikan yang dikembangkan di Indonesia antara lain bandeng, gabus, patin, kembung, udang, dan tilapia.

Memang, untuk tilapia masih terdengar asing bagi telinga masyarakat. Ikan tilapia merupakan ikan air tawar dari Afrika saat ini telah dibudidayakan di 135 negara termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri ikan tilapia dikenal sebagai ikan nila, namun ada juga tilapia Mozambik yang di kenal dengan ikan mujair.

Apabila melihat kesukaan (preferensi) konsumen terhadap ikan, tilapia menempati peringkat kedua setelah kelompok tongkol, cakalang, dan tuna. Sedangkan peringkat ketiga ditempati lele, keempat, kembung, dan kelima bandeng.

Pemerintah Indonesia menjadikan tilapia sebagai produk unggulan karena seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan sehingga lebih ramah lingkungan (zero waste).

Bagi masyarakat Taiwan ikan tilapia selain dagingnya bisa dikonsumsi juga bagian perut juga bisa diolah menjadi aneka masakan. Lalu, kulitnya bisa dimanfaatkan sebagai kolagen maupun gelatin bahan untuk kosmetik, kemudian untuk duri dan isi perut bisa untuk pakan ikan dan minyak ikan.

Ikan tilapia di Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri ternyata sebagian juga di ekspor. Negara tujuan utama ekspor ikan tilapia di antaranya Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Kanada.

Chef tengah memberikan tips mengolah filet ikan tilapia menjadi masakan lezat di Jakarta, Kamis (7/12/2023). ANTARA/ Ganet

Budi daya

Salah satu produsen ikan tilapia di Tanah Air, Regal Springs Indonesia (PT Aqua Farm Nusantara) menyebutkan bahwa ikan jenis ini selain untuk pasar lokal, juga dipasarkan ke luar negeri. Bahkan, mayoritas produk ikan tilapia yang dibudidayakan di Danau Toba, Sumatera Utara, tersebut guna memasok pasar ekspor.

Budi daya ikan tilapia di Indonesia menerapkan prinsip keberlanjutan yang ramah lingkungan, sehingga pembelinya mayoritas masyarakat Eropa dan Amerika Serikat yang memang sangat perhatian terhadap isu lingkungan. Produk perikanan yang berkelanjutan sangat penting bagi ketahanan pangan global di masa depan.

Dengan bertumbuhnya populasi di Indonesia tentunya eksploitasi hasil laut harus dilakukan secara bijak demi keberlanjutan ekosistem bawah laut, Untuk memenuhi kebutuhan ikan di dalam negeri, dapat dilakukan dengan menggalakkan perikanan budi daya.

Budi daya tilapia selama ini juga dilakukan di tingkat petani kecil. Untuk tingkat petani kecil mayoritas untuk konsumsi di dalam negeri. Potensi ekonomi ikan tilapia sebagai ikan budi daya sangat tinggi. Ikan tilapia merupakan salah satu komoditas ekspor utama karena banyak dicari di luar negeri.

Tilapia yang dikembangkan di Danau Toba berbeda dengan tilapia lokal. Benih yang berbeda dan pemberian pakan yang selektif membuat ikan budi daya untuk ekspor ini lebih besar dengan kandungan daging lebih banyak.

Hal ini yang membuat produk ekspor ikan ini bisa dibuat filet (potongan tipis tanpa duri) guna memudahkan penggunanya memasak serta pengiriman bisa dalam bentuk beku agar tahan sampai ke negara tujuan.

Selain menjadi kebutuhan masyarakat lokal, permintaan tilapia di pasar global pun terus meningkat. Kehadiran ikan tilapia ini juga menjadi jawaban terhadap serbuan ikan impor terutama salmon yang juga memiliki banyak penggemar di Indonesia.

Dengan memperkuat kehadiran ikan lokal termasuk ikan tilapia, maka untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia menjadi hal yang mudah.

Memang, pasar di luar negeri juga menjanjikan, sehingga menjadi tugas dari pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan di dalam negeri juga mendorong peningkatan ekspor.

Dari sisi kualitas budi daya, terutama aspek lingkungan, Indonesia masih jauh lebih unggul. Hal ini juga yang membuat Eropa dan Amerika Serikat lebih memilih ikan tilapia yang dibudidayakan di Indonesia.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023