Tangerang (ANTARA) - Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tangerang, Banten menerapkan standar protokol kesehatan, seperti pemakaian masker, di lingkungan bandara setempat untuk mencegah penularan COVID-19 seiring peningkatan kasus itu di negara ASEAN, antara lain Singapura dan Malaysia.

"Di lingkungan bandara akan kembali dianjurkan untuk pakai masker dan menjaga kebersihan tangan. Semua maskapai dianjurkan juga untuk menerapkan protokol kesehatan," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta Tangerang Naning Nugrahini di Tangerang, Senin.

Ia menjelaskan tentang kebijakan untuk tetap memakai masker dan menjaga kebersihan diri itu, dari penularan COVID-19.

Apalagi, katanya, kunjungan penumpang yang tinggi menjelang libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Pihaknya harus tetap mewaspadai hal tersebut, bahkan sudah menyiapkan fasilitas kesehatan, seperti posko dan klinik, apabila ditemukan gejala akibat terjangkit virus menular itu.

"Yang kami lakukan atas situasi saat ini sebagai pencegahan dan menghadapi Nataru (Natal dan Tahun Baru), kita kembali memperketat pengawasan terhadap pelaku perjalanan, baik dari dalam negeri maupun luar yang masuk ke bandara," katanya.

Baca juga: PB IDI imbau perketat protokol kesehatan antisipasi kasus COVID-19

Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan tim dokter dalam antisipasi penularan COVID-19 dengan melakukan pelacakan dan tes kesehatan kepada penumpang.

Tim Satgas Pengendalian COVID-19 Bandara Soekarno-Hatta Tangerang bakal menganalisa para penumpang, baik yang datang maupun bertolak terkait dengan penerapan protokol kesehatan.

"Bila pos diadvice tatalaksananya yaitu tracking kontak erat di pesawat, diberi rekomendasi untuk perawatan," ujar dia.

Kementerian Kesehatan RI melaporkan kasus harian COVID-19 di Indonesia bertambah 35-40 kasus per 6 Desember 2023, dengan jumlah pasien dirawat di rumah sakit tercatat 60-131 orang. Situasi itu memicu peningkatan tingkat keterisian rumah sakit saat ini 0,06 persen dan angka kematian 0-3 kasus per hari.

Kenaikan kasus ini didominasi oleh subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, juga dideteksi subvarian EG2 dan EG5.

Meskipun ada kenaikan, kasus itu masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan saat pandemi yang mencapai 50.000-400.000 kasus per pekan.

Baca juga: Kemenkes: WHO belum klasifikasikan EU.1.1 virus yang harus diwaspadai
Baca juga: Dinkes Yogyakarta tak temukan mycoplasma dari ratusan kasus pneumonia
Baca juga: Bali antisipasi masuknya pneumonia lewat pintu Bandara Ngurah Rai

Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023