Padangpariaman (ANTARA News) - Anak-anak di Kota Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat memainkan "badia batuang" atau meriam bambu menunggu waktu berbuka puasa atau sebelum tarawih.
"Biasanya kami membunyikan `badia batuang` ini sebelum maghrib sekaligus menunggu waktu berbuka puasa," kata Rahmat (13), warga Nagari Kasang, Kecamatan Batanganai, Padangpariaman, Sabtu.
Ia bersama teman-temannya merancang sepotong bambu untuk dijadikan meriam kemudian dimainkan menggunakan minyak tanah.
Menurut Rahmat, tidak sulit membuat meriam dari bambu dan memainkannya.
"Memainkannya tinggal membakar sumbu dari kain di dalam lubang di ujung bambu, kemudian diberi minyak tanah," jelasnya.
"Badia batuang" kerap dimainkan sebelum waktu berbuka serta pada malam hari dan menjelang sahur untuk membangunkan warga.
Selain di Kasang, meriam bambu yang juga merupakan permainan tradisional anak nagari juga yang dimainkan anak-anak di Nagari Ketaping, dan Ulakan, Padangpariaman.
Seorang warga Pariaman, Yon (40) mengaku, sejauh ini permainan itu tidak mengganggu karena dimainkan anak-anak desa jauh dari rumah-rumah warga.
Di Pariaman sendiri, katanya, permainan itu nyaris dilupakan. "Di pusat kota lebih sering kita dengar bunyi petasan atau kembang api ketimbang `badia batuang`," katanya.
Tetapi di desa-desa seperti di Pauah Kuraitaji, Kampung Apar, Sikapak, Marunggi, masih sering terdengar bunyi "badia batuang".
Selama Ramadhan, permainan "badia batuang" tidak hanya dapat ditemui di Pariaman dan Padangpariaman, tetapi juga di banyak daerah lain di Sumbar.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, meriam bambu ala Minangkabau itu puncaknya akan dibunyikan anak-anak nagari pada malam takbiran untuk menyambut Idul Fitri.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013