Jakarta (ANTARA News) - Bulan suci Ramadhan pun disambut oleh masyarakat Turki yang 98 persen dari 70 juta penduduknya beragama Islam.
Ibadah puasa tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, sebagian anak-anak pun dibolehkan ikut oleh orangtuanya bila mereka dapat menahan lapar dan dahaga selama berjam-jam.
Menurut Amina Tuna Erturk, pekerja sosial dan aktivis hak asasi manusia Turki, puasa membantu mereka mengerti pentingnya tidak menyia-nyiakan makanan juga menyadarkan mereka betapa banyak karunia yang diterima dari Allah.
Seperti dikutip dari laman Times of Oman, salah satu tradisi Turki saat Ramadhan adalah memukul-mukul drum (bedug) sebelum shalat subuh.
Para pria dan anak lelaki berkeliling di area perumahan, membuat bunyi tetabuhan dengan drum untuk membangunkan Sahur. Setelah makan sahur, orang-orang pun memenuhi masjid untuk shalat subuh. Masyarakat muslim Turki menahan diri untuk tidak makan, minum, dan merokok di tempat umum selama bulan puasa.
Pada sore hari, jalanan ramai oleh orang-orang dalam suasana meriah. Sebagian besar restoran di Turki menawarkan menu spesial berbuka puasa berisi ragam hidangan. Setelah waktu berbuka puasa dikumandangkan, menara mesjid pun bersinar dengan cahaya hijau sebagai pertanda waktu puasa telah selesai.
Untuk buka puasa, orang-orang biasanya memakan roti pipih yang baru matang bernama "pide", mezes, sup, beragam kebab, pilav (nasi campur sayuran), dan borek (pastry).
Bulan Ramadhan menjadi ajang untuk saling bertukar makanan antar-keluarga. Selain itu, para anggota keluarga juga saling mengunjungi orang-orang tua dan berkumpul bersama.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013