Makassar (ANTARA) - Bina Keluarga Balita (BKB) di Sulawesi Selatan mencapai 3.338 kelompok yang dapat mendorong percepatan penurunan angka prevalensi stunting.
"BKB ini adalah pintu masuk penanganan stunting, sekaligus merupakan suatu program dalam rangka pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh kembang balita secara optimal," kata Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Shodiqin di Makassar, Sabtu.
Dia mengatakan, untuk BKB ini sasarannya adalah keluarga/orang tua yang memiliki anak balita usia 0-5 tahun. Hal ini penting dilakukan intervensi untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
Menurut dia, ketika Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting diterbitkan, keberadaan BKB semakin menjadi strategis karena program yang kemudian berbentuk kelompok itu bisa ikut mendorong terwujudnya tujuan dari Perpres tersebut, yakni stunting 14 persen di 2024 dan pencegahannya ke depan.
Baca juga: UNICEF bantu kampanye cegah wasting dan stunting di Sulsel
Baca juga: BKKBN Sulsel tingkatkan SDM pendamping untuk atasi Stunting
Sementara jumlah kelompok BKB di Provinsi Sulsel yang tercatat 3.338 kelompok, sebanyak 138 kelompok menyebar di antaranya di Kabupaten Tana Toraja dan 60 kelompok di Kabupaten Toraja Utara.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Tana Toraja pada 2021 mencapai 29,2 persen dan terjadi kenaikan pada 2022 sebesar 35,4 persen. Sementara di Kabupaten Toraja Utara pada 2021 mencapai 32,6 persen, kemudian terjadi kenaikan 34,1 persen pada 2022.
"Melihat kondisi tersebut, sangat diperlukan komitmen pemerintah daerah dalam menurunkan prevalensi stunting. Salah satu upayanya melalui pengukuhan Duta Orang Tua Hebat," kata Shodiqin.
Sebagai gambaran, cakap dia, Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung periode 2021 hingga sekarang memiliki seorang putri dan Yohanis Bassang telah dikukuhkan menjadi "Duta Orang Tua Hebat di wilayah kerja masing-masing.
Pengukuhan dilakukan Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN RI, dr Irma Ardiana, MAPS, bertempat di Gedung Tammuan Mali', Kabupaten Tana Toraja, Senin (27/11) lalu. Ikut mendampingi Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan, Shodiqin.
Dengan adanya Duta Orang Tua Hebat, diharapkan komitmen kedua pemerintah daerah tersebut dalam penurunan stunting semakin bulat, hingga terimplementasi segera di tingkat desa.
Salah satu pintu masuk dalam percepatan penurunan stunting, menurut BKKBN Sulawesi Selatan adalah melalui pengembangan kerjasama dengan BKB setempat.
Pada dasarnya, penyebab stunting juga disebabkan kesalahan dalam pola pengasuhan oleh orang tua. Kelompok BKB bisa melakukan penanganan stunting melalui intervensi sensitif.
Intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang umumnya berada di luar persoalan kesehatan. Intervensi ini berkontribusi 70 persen pada penurunan stunting.
Dalam kesempatan itu, Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, mengeluhkan tidak proporsionalnya rasio ketersediaan Penyuluh KB dengan kondisi geografis di wilayahnya. Dia merujuk buku petunjuk teknis untuk penyuluhan kepada masyarakat.
"Kita ketahui kondisi geografis Tana Toraja dan Toraja Utara yang masih terdapat daerah yang belum bisa diakses kendaraan. Kemudian tidak proporsionalnya rasio ketersediaan tenaga Penyuluh KB di sini sehingga penyuluhan ada yang hanya dilakukan Tim Pendamping Keluarga (TPK) tanpa ada arahan PKB."
"Ke depan, diharapkan ada buku petunjuk teknis penyuluhan yang sederhana dan dapat dipahami secara praktek oleh masyarakat," ujar Theofilus.
Bupati juga mengatakan akan memakai data Keluarga Berisiko Stunting sebagai acuan pemerintah daerah dalam mengintervensi stunting hingga di level bawah.
"Dengan memakai data ini kolaborasi lintas sektor akan mudah dilakukan dan target sasaran pun tepat sasaran untuk ditangani," ujar Bupati.*
Baca juga: Pj Gubernur Sulsel dorong penanganan stunting di Selayar
Baca juga: Gubernur Sulsel harap Inzting stunting jadi aplikasi nasional
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023