Kita mau perbaiki itu, terutama segi kelancaran pasokan, agar tercipta efisiensi yang bermanfaat mewujudkan iklim investasi,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan ada upaya pembenahan atas berbagai masalah logistik dapat ikut membantu meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi di atas enam persen.

"Kita mau perbaiki itu, terutama segi kelancaran pasokan, agar tercipta efisiensi yang bermanfaat mewujudkan iklim investasi," ujar Mahendra di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan pelemahan ekonomi China yang dapat berdampak pada pertumbuhan di kawasan Asia, secara tidak langsung ikut berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

Untuk itu, dalam mengatasi gejolak eksternal tersebut, pemerintah dapat melakukan pembenahan secara internal dengan mengatasi masalah dalam negeri yang mengganggu iklim investasi.

"Kami mengatasi persoalan dalam negeri, seperti mengatasi masalah investasi, infrastruktur dan kelancaran barang. Kalau tidak rupiah dan dolar akan terbenam, tidak terpakai dalam kegiatan usaha yang produktif, dan mengganggu pertumbuhan ekonomi," kata Mahendra.

Ia mengatakan pembenahan yang dapat dilakukan adalah mencari solusi atas permasalahan lamanya waktu bongkar muat barang hingga keluar pelabuhan (dwelling time) di Tanjung Priok, yang berlangsung hingga kini.

"Ke depan harus ada terobosan karena pertumbuhan enam persen dengan infrastruktur seperti ini, dan tidak ada perubahan, pada akhirnya tinggal tunggu waktu saja. Bukan lagi `bottleneck`, tapi tertutup itu sumbat botolnya," ujarnya.

Sebelumnya, laporan terbaru Bank Pembangunan Asia (ADB) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan 2013 di kawasan Asia karena kondisi ekonomi China yang melemah, menjadi 6,3 persen dari 6,6 persen.

Pemerintah masih optimistis angka pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2013 sebesar 6,3 persen dapat tercapai, dengan melakukan upaya seperti menjaga daya beli masyarakat dan mendorong peningkatan investasi.

Namun, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 dari sebelumnya sebesar 6,2 persen menjadi 5,9 persen akibat masih adanya pelemahan konsumsi domestik dan penurunan ekspor.

(S034/S004)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013