Bandung (ANTARA News) - PT Pupuk Kujang yang selama ini memenuhi 80 persen kebutuhan pupuk petani di Jawa Barat (Jabar), diperkirakan tidak dapat beroperasi lagi pada Oktober mendatang apabila persoalan krisis gas yang dialami perusahaan itu tidak segera diatasi.Ketua Komisi XI Bidang Keuangan DPR RI, Awal Kusumah, di Bandung, Selasa, mengatakan, kesulitan memperoleh gas yang dihadapi Pupuk Kujang harus segera dicarikan jalan keluar karena kalau tidak, peran Jawa Barat dalam kontribusi ketahanan pangan nasional akan terganggu. "Seperti diketahui problem utama PT Pupuk Kujang itu terletak pada gas, hingga perlu dicarikan jalan keluarnya," katanya seusai menghadiri pertemuan Komisi XI DPR dengan Gubernur Jabar Danny Setiawan. PT Pupuk Kujang belakangan tidak mendapatkan pasokan gas karena mengalami kesulitan keuangan. Oleh karena itu, menurut Awal Kusumah, persoalan tersebut harus dipahami secara bersama-sama termasuk semua komponen masyarakat dan pemerintah di Jabar. "Kita harus bersama-sama mencari jalan ke luar problematika yang dialami Pupuk Kujang tersebut dalam soal gas," katanya. Komisi XI DPR, kata Awal, akan mencoba memfasilitasi agar pihak perbankan bersedia bisa membantu kebutuhan dana Rp175 miliar untuk menyelamatkan PT Pupuk Kujang. "Kalau memungkinkan mengapa tidak Bank Pembangunan Daerah (BPD) memberikan kontribusi untuk penyertaan modalnya hingga Pupuk Kujang sebagai industri strategis mampu tetap menjaga ketahanan pangan nasional khususnya di Jabar," ujarnya. Ia mengingatkan solusi untuk menyelamatkan PT Pupuk Kujang sudah sangat mendesak mengingat waktunya tinggal sekitar tiga bulan lagi yakni Oktober 2006 persediaan gasnya habis. Sementara itu, Gubernur Jabar Danny Setiawan mengatakan, Pemprov Jabar sendiri tidak bisa memberikan penyertaan modal dalam menyelamatkan untuk menyelamatkan perusahaan itu. "Namun demikian Pemprov Jabar telah memberikan surat kepada Menteri ESDM dan Menteri Perdagangan, untuk memfasilitasi pertemuan antara Pertamina yang menyediakan gas dengan Pupuk Kujang," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006