kalau mereka punya peluang, mereka tertarik untuk masuk ke Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memiliki fokus terhadap Indonesia dalam hal menarik minat penanam modal asing (PMA), khususnya Singapura sebagai target PMA dalam bisnis berkelanjutan.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi Nurul Ichwan mengatakan bahwa Singapura memiliki potensi yang tinggi terhadap bisnis berkelanjutan. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Singapura merupakan negara terdepan yang punya fokus terhadap investasi hijau di Asia Tenggara,

"Ekosistem mereka bukan hanya di sektor riil, bahkan mereka sudah mempersiapkan untuk berperan di sana. Makanya kalau mereka punya peluang, mereka tertarik untuk masuk ke Indonesia," ucap Nurul melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan data BKPM, nilai realisasi investasi Singapura di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, tercatat total nilai realisasi investasi Singapura sebesar 9,3 miliar dolar AS. Linear dengan hal tersebut, pada tahun 2022 nilainya bertambah menjadi 13,2 miliar dolar AS dan serta kuartal III tahun 2023 tercatat sejumlah 12,1 miliar dolar AS.

Khusus untuk bisnis energi baru dan terbarukan (EBT), total investasi Singapura di Indonesia mencapai 6 miliar dolar dalam kurun waktu 2018-September 2023.

Nurul menjelaskan bahwa angka tersebut akan terus bertambah hingga akhir Desember 2023 secara optimis. Hal tersebut juga sejalan dengan konsentrasi bisnis dan investasi yang mulai beralih ke arah berkelanjutan.

Lebih lanjut, Nurul menyampaikan Singapura memiliki teknologi yang mutakhir di bidang EBT. Namun, negara tersebut tidak memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan solar panel.

"Indonesia sebagai negara tetangga terdekat punya potensi untuk bisa mensuplai itu dengan membangun solar farming di Indonesia, yang kemudian listriknya bisa diekspor ke Singapura jadi jadi energi listrik hijau," kata Nurul.

Nurul juga menambahkan bahwa Indonesia menjadi bagian bagi Singapura untuk berinvestasi. Salah satu langkah dari beberapa strateginya adalah Indonesia akan melakukan ekspansi kegiatan usaha dengan membangun kawasan industri di Indonesia, baik Batam maupun di Jawa Timur.

Sementara itu, Chief of Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan bahwa EBT di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar terutama di bidang solar, angin dan geotermal. Selain itu, transportasi berkelanjutan seperti kereta api dan bus listrik juga mampu mengundang PMA untuk datang ke Indonesia.

Di luar sektor tersebut, Indonesia juga memiliki potensi investasi berkelanjutan di sektor lain seperti: pertanian, perkebunan kelapa sawit, dan pariwisata yang berkelanjutan.

"Manajemen limbah, Indonesia juga memiliki limbah yang besar sehingga membutuhkan investasi yang berkelanjutan. Jadi ada investasi di sana yang menarik untuk negara lain," kata Andry.

Andri juga menambahkan dari sisi pengusaha domestik, Indonesia sudah siap untuk beralih ke bisnis berkelanjutan. Hasil survei yang dilakukan Bank Mandiri pada 2023, 92 persen dari perusahaan mengaku akan mengintegrasikan praktik berkelanjutan pada bisnis mereka.

Kemudian, 53 persen meyakini bahwa praktik bisnis yang sesuai dengan IFG akan menjadi prioritas utama. Data-data tersebut menunjukkan bahwa pemain atau pelaku bisnis di Indonesia sudah memiliki awareness yang cukup tinggi dan siap pada konsep bisnis berkelanjutan. Hal ini membuktikan bahwa permintaan produk-produk berkelanjutan juga semakin meningkat, walaupun harganya premium.


Baca juga: Menteri Bahlil: Hilirisasi harus terus berjalan
Baca juga: Bahlil promosikan investasi hilirisasi dan IKN ke investor China
Baca juga: BKPM catat realisasi investasi hilirisasi capai Rp266 triliun

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023