Jakarta (ANTARA News) - "Mereka telah dikuasai oleh syaithan, maka mereka lupa mengingat Allah. Itulah golongan syaithan" ~ QS 58:19.

Dalam sebuah harian yang terbit di Kuwait, pernah dimuat sebuah artikel atsar sahabat yang menceritakan interaksi manusia dengan syaithan.

Dikisahkan, ketika mendengar kumandang suara azan Maghrib, seorang kakek yang sudah mulai uzur, segera mengambil air wudhu. Setengah berlari sang kakek bergegas menuju masjid. Karena faktor ketuaan dan bobot tubuh yang cukup berat, tiba-tiba bruuk...! sang kakek terpleset dan jatuh terduduk.

Tiba-tiba, datanglah seorang pemuda kekar bertelanjang dada, menghampiri sang kakek dan membantu memapahnya hingga sampai ke pintu masjid. Kebetulan sudah iqomat, maka sang kakekpun langsung bergabung dalam shalat berjamaah.

Selesai menunaikan shalat, wirid dan shalat sunnah ba’da Maghrib, kakek tua tadi teringat telah ditolong oleh seorang pemuda, dan beliau belum sempat mengucapkan terimakasih.

Sang kakek mencari diantara jamaah, namun tidak melihat anak muda itu. Lalu beliau melangkah ke luar masjid, memandang ke sekeliling pelataran, dan melihat anak itu sedang duduk di bawah sebatang pohon. Kakek tua itupun menghampirinya.

"Wahai anak muda, engkau baik hati sekali, tadi sudah menolong saya saat jatuh. Terimakasih ya. Tapi mengapa engkau tidak ikut shalat berjamaah dengan kami. Waman anta ? (engkau ini siapa)," tanya sang kakek.

"Ana ibnu iblis (saya anak iblis)," jawab anak muda itu.

"Hah..? anak iblis? Bukankah biasanya iblis justru menghalangi manusia untuk beribadah, mengapa tadi engkau menolongku?", tanya sang kakek penuh keheranan.

"Ya, tadi waktu kakek jatuh saat berjalan ke masjid, ayah saya bilang, ‘cepat tolong orang tua itu, jangan sampai dia jatuh sekali lagi’. Sebab ketika kakek jatuh tadi, maka dosa-dosa kakek yang lalu sudah diampuni Allah, dan kata ayah saya, jika kakek jatuh sekali lagi, maka dosa kakek yang akan datangpun diampuni pula oleh Allah. Kami tidak mau kehilangan kesempatan," jawab anak iblis itu.

"Astaghfirullah..," ucap sang kakek.

Mendengar kalimat istighfar itu, anak iblis itu merasa terbakar dan segera berlari dan menghilang di keremangan senja itu.

Pada bulan Ramadhan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithan-syaithan dibelenggu. Pertanyaannya, apakah setelah lewat Ramadhan yang penuh berkah ini, kita sanggup untuk bertahan dari godaan syaithan tersebut. Namun waspadalah terhadap tekad syaithan ini.

Berkata iblis: "Maka disebabkan kami telah sesat, maka kami akan tongkrongi anak cucu Adam itu di jalan yang lurus". QS Al-A’raaf :16.

Semoga bekal Ramadhan ini, dapat memperkuat keimanan kita agar tak mudah tergelincir oleh godaan syaithan terkutuk.

Jangan membeli tiruan berlian
Karena itu bukanlah permata
Jangan ikuti langkah syaithan
Karena dia musuh yang nyata.

(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013