Kendari (ANTARA News) - Banjir yang melanda sejumlah kawasan permukiman di wilayah Kota Kendari dan sekitar, Sulawesi Tenggara, sejak Selasa (15/7) lalu berangsur surut.

Pantauan di Kendari, Kamis, di beberapa lokasi pemukiman warga seperti di kompleks perumahan dosen Universitas Haluoleo Kendari dan wilayah Andonuhu, air yang merendah rumah-rumah warga sudah.

Sejumlah warga yang rumahnya terendam banjir, sudah mulai membersihkan endapan lumpur di lantai ruangan rumah.

"Saat banjir meluas, air yang masuk di dalam rumah kami setinggi setengah meter. Setelah air banjir surut, seluruh lantai ruangan rumah dikotori endapan lumpur," kata Nurdin Mane (59), warga di kompleks perumahan dosen Unhalu Kendari di Kendari, Kamis.

Sedangan sejumlah karyawan kantor cabang perbankan seperti Bank BTN dan BNI di jalan poros Andonuhu, belum melayani nasabah, karena masih membersihkan lumpur yang mengendap di lantai kantor.

Petugas Satpol PP Kendari dan Pemerintah Provinsi Sultra bersama TNI dan Polri ikut membantu membersihkan perkampungan warga.

Sementara di kawasan pemukiman sekitar kampus Unhalu Kendari, dekat jalan pertigaan masuk kampus dan di kawasan bantaran sungai Wanggu, banjir yang merendam rumah-rumah penduduk masih belum surut.

Warga di dua permukiman tersebut sebagian mengungsi di rumah keluarga dan sebagian di posko penampungan korban banjir yang disediakan Pemerintah Provinsi Sultra bersama Pemerintah Kota Kendari.

"Genangan air di dalam rumah masih setinggi sekitar 30 sentimeter. Sebelumnya ketinggian air mencapai setengah meter, kata Martono (51) warga di permukiman dekat kampus Unhalu Kendari.

Gubernur Nur Alam menyatakan kondisi banjir yang melanda sejumlah kabupaten di Sultra terutama wilayah Kota Kendari, sudah siaga satu karena telah merendam hampir 60 persen warga Kota.

"Banjir kali ini benar-benar telah melumpuhkan aktivitas sebagian besar warga Kota Kendari. Beberapa titik lokasi, tidak dapat dilalui kendaraan karena ketinggian air mencapai hingga tiga meter," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Sultra, Nur Alam, SE mengatakan banjir yang melanda Kota Kendari dan sekitarnya, kali ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah.

Menurutnya, banjir kali ini merendam hampir 60 persen wilayah pemukiman warga Kota Kendari.

"Ini banjir terparah yang pernah terjadi di Kendari. Sebelumnya, banjir hanya melanda kawasan permukiman warga di bantaran sungai Wanggu dan kampong Salo, kali ini sudah merata hampir di semua wilayah permukiman penduduk," katanya.

Gubernur Nur Alam belum dapat memastikan kerugian materil dari bencana banjir tersebut. Ia hanya mengatakan, selain warga yang mengalami kerugian, sejumlah sarana jalan dan jembatan juga mengalami rusak parah.

Pewarta: Sarjono
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013