Penyerang kemudian melarikan diri dari lokasi kejadian."
Herat, Afghanistan (ANTARA News) - Orang bersenjata Rabu membunuh seorang saudara dari penasihat keamanan nasional Afghanistan Rangin Dadfar Spanta di luar pemandian umum di provinsi tempat asal keluarga itu yang biasanya relatif damai, kata polisi.
Taliban mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Wali Jaan, seorang jaksa di kota kecil Karukh di Herat, provinsi di Afghanistan barat yang berbatasan dengan Iran.
"Hari ini sekitar pukul 08.30 (pukul 11.00 WIB) Wali Jaan, saudara dari Dr Spanta, ditembak mati. Ia diserang oleh dua orang yang naik sepeda-motor ketika ia keluar dari pemandian (umum)," kata juru bicara kepolisian Herat, Abdul Rauf Ahmadi, kepada AFP.
"Penyerang kemudian melarikan diri dari lokasi kejadian," tambahnya.
Kepala kepolisian Herat, Rahmatullah Safi, mengkonfirmasi pembunuhan itu namun tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk pembunuhan itu dan menyalahkan "badan-badan intelijen asing" karena "berlanjutnya rangkaian pembunuhan".
Juru bicara Taliban, Yousuf Ahmadi, menghubungi AFP dari sebuah lokasi yang tidak diketahui dan mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
"Orang ini... yang bekerja untuk pemerintah selama empat tahun terakhir dibunuh dalam serangan gerilya oleh salah satu mujahidin kami di Herat," kata Ahmadi.
"Ia adalah pejabat penting pemerintah," tambahnya.
Spanta, salah satu orang paling berpengaruh dalam pemerintah Afghanistan dukungan Barat, menjabat sebagai menteri luar negeri sebelum menjadi penasihat keamanan nasional bagi Karzai.
Taliban pada April meluncurkan "ofensif musim semi" tahunan mereka dengan janji melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri untuk menimbulkan korban maksimum dan memperingatkan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah agar menjauh.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013