Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan baku pembuatan tisu.

"Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu," kata ketua tim Jovita Ridhani di Yogyakarta, Rabu.

Selain itu, menurut dia, kulit pisang juga memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan lemak yang cukup baik, sehingga memiliki banyak manfaat untuk kulit, seperti menghilangkan jerawat dan kutil kecil, menyembuhkan psoriasis, dan membantu luka menjadi kering lebih cepat.

Ia mengatakan proses pembuatan tisu adalah kulit pisang dicuci bersih dengan akuades, kemudian diiris kecil-kecil dengan pisau sesuai dengan kebutuhan. Ketika mengiris kulit pisang sebaiknya mengenakan sarung tangan.

Selanjutnya semua irisan kulit pisang dikeringkan dengan sinar matahari di atas nyiru, kemudian mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci.

Proses selanjutnya adalah merebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sekitar 1,5 jam, kemudian menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya.

"Kemudian merendam dengan larutan kaporit selama satu jam, mencuci dengan air bersih hingga bau kaporit hilang, dan menghaluskan adonan lunak tersebut dengan blender," katanya.

Menurut dia, proses selanjutnya mencampurkan talcum sebanyak 1,5 kilogram dalam adonan dan mengencerkan adonan atau "pulp" agar dapat diproduksi kertas yang tipis, kemudian adonan halus itu dituangkan ke dalam baskom lebar.

"Letakkan spons di atas meja, kemudian menaruh kain yang sudah dibasahi di atasnya, menyaring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai `screen` sablon," katanya.

Selanjutnya, meletakkan "screen" sablon di atas spon yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, menggosok sedikit "screen" dan mengangkatnya dengan hati-hati, kemudian menutup dengan kain yang sudah dibasahi, menambah satu lapis lagi kain basah.

"Kemudian angkat sepasang demi sepasang dan menjemur di tempat yang panas, kemudian menyetrika sepasang demi sepasang dan membuka kainnya secara perlahan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji ketahanan tarik, uji ketebalan, dan gramatur atau berat dasar kertas tisu," katanya.

Anggota tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu adalah Laela Mukaromah, Monica Azizu Haqi, Dhani Priantoro, dan Achmad Sabit N.
(B015/M008)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013