sebagian besar kasus yang ditangani atau dirawat inap di RSAB Haapan Kita adalah anak dengan kelainan bawaan kompleks
Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita menyebut puncak pneumonia anak terjadi pada November sampai dengan Januari.
"Kasus pneumonia sering meningkat saat terjadi kenaikan kasus infeksi saluran oleh virus, seperti rhinovirus, adenovirus, respiratory syncytial virus, coronavirus, dan influenza," kata Konsultan Alergi Imunologi Anak sekaligus Plt Direktur Medik dan Keperawatan PKIAN RSAB Harapan Kita, Endah Citraresmi saat dihubungi di Jakarta pada Rabu.Menurut Endah infeksi virus di saluran napas, sering meningkat pada musim hujan atau musim dingin kalau di luar negeri, di mana suhu udara yang rendah menurunkan daya tahan tubuh anak dan membuat lebih banyak aktivitas di dalam ruang yang bersamaan dan mempermudah sirkulasi virus tersebut.
Sebagai puncak musim hujan, kata Endah, periode November-Januari menjadi periode dengan kasus terbanyak, dalam hal ini anak yang mengidap pneumonia dan dirujuk ke RSAB Harapan Kita.
"Kasus pneumonia sering meningkat saat terjadi kenaikan kasus infeksi saluran napas. Infeksi virus di saluran napas, sering meningkat pada musim hujan (atau di luar negeri musim dingin), di mana suhu udara yang rendah menurunkan daya tahan tubuh anak, dan membuat lebih banyak aktivitas di dalam ruang yang bersamaan dan mempermudah sirkulasi virus tersebut," kata Endah.
Adapun infeksi virus tersebut, kata Endah, seperti rhinovirus, adenovirus, respiratory syncytial virus, coronavirus dan influenza.
Endah menuturkan bahwa jumlah pasien pneumonia anak yang menjalani rawat inap di RSAB Harapan Kita meningkat pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2022 pada periode yang sama.
"Januari-Oktober 2022 ada 353 kasus dan Januari-Oktober 2023 ada 387 kasus," ungkap Endah.
Sementara itu, dari November 2022-Januari 2023 terdapat 156 pasien pneumonia anak rawat inap.
"Kan paling dingin, paling lebat hujannya (November 2022-Januari 2023)," pungkas Endah.
Endah menambahkan, sebagian besar kasus yang ditangani atau dirawat inap di RSAB Haapan Kita adalah anak dengan kelainan bawaan kompleks, seperti penyakit jantung bawaan, kelainan saluran napas atau kelainan saraf yang meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.
"Hal ini karena kami adalah RS rujukan untuk anak," kata Endah.
Mengenai gejala pneumonia, kata Endah, adalah demam, batuk pilek, lalu muncul sesak.
"Sesak dapat dilihat dari napas yang cepat dan tersengal-sengal, disertai tarikan otot-otot bantu napas (otot dinding perut, dinding dada, leher) dan napas cuping hidung," imbuh Endah.
Ia mengatakan, perubahan musim pada umumnya akan membuat sirkulasi virus dan mikroba meningkat dan suhu udara lebih dingin membuat orang lebih banyak berkumpul di area tertutup dan meningkatkan penularan kuman.
"Suhu dingin juga akan menurunkan daya tahan tubuh manusia, membuat anak lebih rentan sakit," kata Endah.
Untuk mengantisipasi pneumonia lebih dini, Endah mengimbau masyarakat termasuk untuk menerapkan pola hidup sehat
"Imunisasi, jaga daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, istirahat cukup, jauhi keramaian dan menggunakan masker di dalam keramaian," pungkas Endah.
Baca juga: RSCM rekomendasikan imunisasi lengkap cegah koinfeksi pneumonia anak
Baca juga: RSCM: Golongan obat makrolida efektif atasi mycroplasma pneumonia
Baca juga: RSCM: Jangan khawatir, mycroplasma pneumonia tak separah COVID-19
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023