Erlina saat diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Rabu, mengatakan terjadi peningkatan kasus varian COVID-19 di 104 negara dengan varian EG.5, HK.3 dan BA.2.86, antara lain di Singapura dan Malaysia.
"Kita memang melihat sekarang pelaksanaan protokol kesehatan terutama memakai masker mulai kendor, tapi, melirik kondisi dan lonjakan kasus di Singapura dan Malaysia bahkan di Indonesia, kami dari PB IDI mengimbau mulailah kembali saat ini memakai masker bila bergejala batuk, pilek, bersin," kata Erlina.
Laporan secara global terdata ada lonjakan kasus baru varian COVID-19 pada 28 hari terakhir terhitung dari 23 Oktober - 19 November 2023. Terdapat 104 negara yang melaporkan kenaikan kasus dan 43 negara yang melaporkan kematian.
Baca juga: Kemenkes sebut kasus mingguan COVID-19 RI meningkat di level aman
Sementara di Malaysia dari data 2 - 8 Oktober terdapat 927 kasus terkonfirmasi dan di bulan November terjadi peningkatan hampir 4.000 kasus. Meningkatnya kasus di Singapura dan Malaysia, kata Erlina, karena mobilitas yang tinggi, di mana masyarakat pada bulan November melakukan perjalanan berlibur akhir tahun, dan kumpul bersama teman.
"Data mereka juga menunjukkan bahwa ternyata antibodi masyarakat sudah menurun karena secara teori mengatakan bahwa setelah enam bulan atau 12 bulan terjadi penurunan antibodi," kata Erlina.
Dari data 89 negara dilaporkan mengalami peningkatan kasus, seperti di Amerika dengan varian EG.5 sebanyak 24,8 persen, Kanada 12 persen, China 10 persen, Jepang 7 persen dan Korea Selatan 6 persen.
Baca juga: Menkes: Sikapi kenaikan COVID-19 Singapura lewat proteksi ganda
Peningkatan kasus varian COVID-19 juga terjadi di Indonesia bulan Oktober sampai November 2023 dengan data terkonfirmasi 65 kasus pada 2-8 Oktober, dan 151 kasus pada 20-26 November dan satu kasus meninggal pada November.
Situasi rawat inap akibat subvarian ini juga tergolong rendah, RSUD Soetomo Surabaya merawat dua pasien pada periode Oktober sampai November. Sementara di Jawa Barat okupansi tempat tidur juga masih di bawah 3 persen dalam kurun waktu September sampai November 2023.
Erlina mengimbau masyarakat untuk tidak panik karena subvarian dari Omicron itu memiliki gejala ringan dan belum dapat dipastikan apakah infeksi bA.2.86, EG.5 maupun HK.3 menghasilkan gejala yang berbeda dari varian lainnya.
"Varian ini memiliki kesamaan gejala COVID-19 secara umum, cenderung serupa diantara berbagai varian yaitu demam tinggi, batuk, rhinorrhea (hidung meler), kehilangan penciuman dan pengecap," ucap Erlina.
Erlina juga berpesan untuk menerapkan hidup sehat, makan dengan nutrisi seimbang, mencuci tangan dengan air mengalir, memakai masker saat di keramaian dan perjalanan dan membatasi waktu berada di ruang tertutup.
Baca juga: Menkes: Stok vaksin COVID-19 buatan dalam negeri masih 231.810 dosis
Baca juga: Malaysia alami peningkatan kasus COVID-19
Baca juga: Pakar minta masyarakat jangan anggap enteng virus meski COVID-19 reda
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023