Tradisi Gergean membuat Ramadhan menjadi masa yang dinantikan oleh anak-anak di sebagian wilayah Arab Saudi.
Perayaan tradisional yang mengakar di banyak negara Teluk itu merupakan kesempatan bagi para orangtua untuk menunjukkan penghargaan kepada anak-anak yang menjalankan ibadah puasa pada bulan suci.
Anak-anak biasanya mengenakan baju tradisional dan berkeliling ke rumah-rumah tetangga sambil membawa tas kecil dan menyanyikan lagu pada perayaan yang biasa dilakukan pada hari 13, 14 dan 15 Ramadhan itu.
"Gergean adalah Halloween versi kami, tapi tanpa bagian yang menakutkan. Anak-anak pergi dari satu rumah ke rumah yang lain dan mengetuk pintu tetangga meminta permen atau kacang," kata Mariam Jaffar, warga Arab Saudi.
"Anak-anak menyukainya, mereka lari mengelilingi pemukiman bermain bersama kawan setelah selesai mengetuk pintu-pintu rumah tetangga. Mereka juga saling menunjukkan permen yang mereka peroleh," katanya dalam artikel Rima Al Mukhtar yang dilansir laman Arab News.
Menurut warga Arab Saudi yang lain, Ruqayya Abdul-Majeed, gergean adalah tradisi yang berkelana dari Kuwait ke Arab Saudi.
"Kakek buyut saya pergi ke Kuwait bertahun-tahun yang lalu dan menikahi perempuan Kuwait di sana dan membawanya kembali ke Dhahran. Ketika pindah ke Arab Saudi dia memulai tradisi Gergean dan itu menyebar di antara keluarga, tetangga dan teman-teman," kata perempuan itu.
"Sekarang kami merayakannya setiap Ramadhan dan cucu-cucu saya mengajarkannya ke anak-anak mereka. Saya harap mereka memegang tradisi ini dan menjaganya tetap hidup," katanya.
Sekarang anak-anak tidak harus keluar rumah untuk merayakan Gergean, kata yang secara harfiah artinya "mengetuk".
"Kota-kota makin besar dan banyak orang asing sekarang hidup di antara kita. Kami percaya sekarang tidak aman lagi bagi anak-anak kami berkeliaran di jalanan dan mengetuki pintu," kata orangtua Arab Saudi, Mohammed Ali.
"Kami memutuskan untuk menjaga tradisi dan hanya membelokkan sedikit dengan mengundang semua teman dan keluarga bersama anak-anak mereka untuk merayakannya bersama di rumah besar dan menikmati Gergean di lingkungan yang aman."
Menurut warga Arab Saudi, Ahmed Zakarati, anak-anak menantikan malam Gergean karena saat itu mereka mereka mendapat manisan dan bingkisan dari keluarga.
"Mengenang hari-hari itu, saya merasa bahagia bahwa saya sudah belajar puasa Ramadhan sejak kecil. Itu tidak sulit bagi saya dan fakta bahwa orangtua saya menghargainya membuatnya spesial," katanya.
Selama bertahun-tahun, festival itu dirayakan di provinsi bagian timur, namun sekarang orang Arab Saudi di bagian barat juga menikmati Gergean.
Sara Abdoun, yang setelah menikah pindah dari Jeddah ke Dammam dan mengenal Gergean, membawa tradisi itu ke keluarganya di Jeddah, memulai tradisi di barat.
"Teman dan keluarga saya di Jeddah sudah merayakan Gergean selama tujuh tahun sekarang dan saya yakin itu sudah menyebar," katanya.
Memegang tradisi lama membuat Ramadhan terasa istimewa bagi kebanyakan orang.
"Saya yakin Ramadhan tidak akan pernah sama tanpa Vimto di meja. Meski kita bisa membelinya sepanjang tahun di semua supermarket, saya tidak pernah melakukannya. Saya hanya membeli dan meminumnya saat Ramadhan," kata Nada Al-Shareef.
"Gergean juga sama, telah menjadi waktu istimewa yang ikut mendefinisikan Ramadhan bagi banyak di antara kami. Kami tumbuh merayakannya dan sekarang mengajarkannya kepada anak-anak, melanjutkannya ke generasi selanjutnya," kata dia.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013