"Banyak universitas besar saya kira mampu untuk melakukan pendidikan keperawatan onkologi. Tentu kolegium mengawal dari standar-standarnya, baik kolegium onkologi Indonesia, atau dari HIMPONI sebagai asosiasi," kata Oos Fatimah di Depok, Rabu.
Baca juga: Perawat onkologi dibutuhkan guna bantu berikan edukasi pasien kanker
Kemudian, terkait upaya percepatan tersedianya perawat onkologi, Oos berpendapat pelatihan-pelatihan bidang perawatan onkologi bisa mendapatkan pengakuan sehingga pendidikan calon perawat onkologi di universitas dapat lebih singkat.
"Dengan demikian, penyediaan perawat onkologi bisa lebih cepat sehingga untuk memenuhi kebutuhan 514 kabupaten/kota," kata dia.
Oos mengatakan perawat onkologi bukan hanya berperan dalam perawatan kanker, tetapi juga memperhatikan psikososial pasien kanker.
"Peran perawat sebagai edukator juga sangat dibutuhkan. Memberikan edukasi kepada pasiennya, keluarganya, dan juga mengelola tindakan perawatan. Oleh karena itu, seorang perawat dengan kompetensi yang lebih khusus yakni onkologi itu tentu sangat diperlukan," Oos menjelaskan.
Sementara itu, dalam acara yang sama, Kepala Bidang Pendidikan & Pelatihan Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI) Dr. Kemala Rita Wahidi, SKp., Sp.Kep.Onk., ETN., MARS., FISQua, berpendapat bahwa merupakan tanggung jawab organisasi profesi untuk meningkatkan kualitas perawat yang bekerja di layanan onkologi.
Kemudian, menurut dia, dibutuhkan dukungan seluruh pihak untuk spesialis keperawatan onkologi agar dapat bersinergi dengan para mitra onkolog untuk memberikan asuhan-pelayanan kanker dengan menerapkan konsep pusat perawatan pasien sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pasien kanker.
Baca juga: Kemenkes akselerasi tenaga perawat onkologi lewat program studi
Baca juga: Kemenkes upayakan percepatan ketersediaan perawat onkologi
Baca juga: Peningkatan kapasitas perawat onkologi untuk tangani kanker lebih baik
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023